Sektor pertanian global juga merupakan sumber emisi CO2 (setara CO2) baik dari pemupukan (NxO), perternakan (CH4), maupun land use change (CO2), dan lain-lain. Top Six emitter CO2 pertanian global (FARPI) adalah Cina, Brazil, India, USA, European Union, dan Argentina, dengan kontribusi 70 persen dari total emisi GHG pertanian global. Kontri busi pertanian Indonesia hanya sekitar 2,7 persen.
Secara alamiah (diciptakan Tuhan) tumbuhan hijau merupakan bagian penting dari pelestarian daur (cycle) karbondioksida (CO2), oksigen (O2)dan air(H2O) dalam ekosistem planet bumi. Dengan perkataan lain pertanian (tanaman) memiliki fungsi ekologis. Adanya ekologis pertanian yang demikian merupakan bagian dari multi fungsi pertanian yang sudah lama diketahui (OECD), 2001; Huylenbroek, et al. 2007).
Kelapa sawit merupakan tanaman ideal yang mengkonversi fotosintesia (potosynthetically active radiation, PAR) menjadi biomas (Fairhurst and Hardter, 2005). Selama proses asimilasi, tanaman kelapa sawit menyerap karbondioksida (CO2) dari atmosfir bumi dan melepas oksigen (O2) ke atmosfir bumi. Pada saat respirasi kelapa sawit melepas CO2 dan secara neto (fotosintesis/asimilasi minus respirasi) kelapa sawit adalah penyerap CO2 dari atmosfir bumi (Hansen, 1999; Fairhurst and Hardter, 2005).
Sumber : GAPKI