Jika pendapatan per kapita non migas nasional dijadikan ukuran tingkat pendapatan menengah (middle income class), maka petani sawit baik plasma maupun mandiri telah tergolong pada penduduk Indonesia yang berpendapatan menengah.
Dengan fakta empiris ini, perkebunan kelapa sawit Indonesia bukan hanya berhasil menarik para petani keluar dari kemiskinan tetapi juga berhasil menempatkan mereka menjdai penduduk middle income class nasional. Dengan jumlah keluarga petani sawit nasional tahun 2013 berjumlah 3,7 juta keluarga dan dengan rata-rata anggota keluarga (family size) 4 orang, berarti sekitar 14,8 juta orang penduduk Indonesia telah bebas dari kemiskinan melalui perkebunan kelapa sawit dan bahkan sebagian besar diantaranya berhasil menjadi middle income class nasional meskipun tinggal dikawasan pedesaan. Hasil studi ini mengukuhkan studi (Susila, 2004; Goenandi, 2008; World Growth, 2011; Joni, 2012; Rofiq, 2012) yang mengungkapkan berhasil mengurangi kemiskinan (pro-poor).
Perkebunan Kelapa Sawit Menurunkan Kemiskinan di Pedesaan
Dampak pertumbuhan produksi CPO (akibat peningkatan permintaan CPO) terhadap peningkatan pendapatan (multiplier income) tidak hanya dinikmati pelaku perkebunan kelapa sawit saja melainkan juga dinikmati masyarakat yang bekerja disektor-sektor ekonomi lain. Dari pendapatan yang tercipta dalam perekonomian akibat pertumbuhan CPO, sekitar 64 persen dinikmati pelaku perkebunan kelapa sawit dan sisanya yakni 36 persen dinikmati sektor lain baik yang ada dipesedaan maupun di perkotaan (Amzul, 2011).
Sumber : GAPKI