Laju pertumbuhan output maupun nilai tambah perkebunan kelapa sawit yang lebih tinggi dari sektor – sektor lain dalam perekonomian mencerminkan bahwa perkebunan kelapa sawit di Indonesia masih berada pada fase (increasing of growth). Hal ini mudah dipahami mengingat perkebunan kelapa sawit dalam priode 2000-2008 sebagian besar masih tergolong remaja/muda, dan belum mencapai umur dewasa.
Sektor industri minyak nabati yang merupakan salah satu industri hilir dari perkebunan kelapa sawit juga menikmati pertumbuhan output dari nilai tambah yang relatif besar, khususnya pada priode tahun 2005-2008. Laju pertumbuhan output dan nilai tambah industri minyak nabati lebih tinggi dari rata-rata laju pertumbuhan output dan nilai tambah perekonomian, namun realatif sama dengan laju pertumbuhan output dan nilai tambah sektor pertanian.
- Keterkaitan Pertumbuhan Perkebunan kelapa sawit dengan Sektor Lain
Pertumbuhan perkebunan kelapa sawit mempengaruhi pertumbuhan sektor-sektor lain baik sektor penyediaan input bagi perkebunan kelapa sawit (backward linkages) maupun sektor yang lebih hilir yakni sektor ekonomi yang menggunakan output perkebuanan kelapa sawit sebagai inputnya (forward linkages). Koefisisensi keterkaitan kedepan dan kebelakang perkebunan kelapa sawit.
Keterkaitan kebelakang perkebunan kelapa sawit bernilai 1.51. Hal ini berarti bahwa setiap pertumbuhan output kelapa sawit (CPO) berdampak pada penggunaan output sektor lain yang lebih besar sebagai input perkebunan kelapa sawit. Sektor penyedia input utama dari perkebunan kelapa sawit adalah surplus usaha tahun sebelumnya dan modal sendiri (reinvestasi), pupuk, kimia, pestisida, tenaga kerja, sektor keuangan dan sektor lain.
Sumber: PASPI