Namun, bila dibandingkan pendapatan per kapita petani sawit plasma dan mandiri telah mendekati pendapatan per kapita non migas nasional. Bahkan pada beberapa tahun telah melampaui pendapatan per kapita non migas nasional. Berbeda dengan petani sawit, pendapatan per kapita petani non sawit jauh dibawah pendapatan per kapita non migas nasional.
Jika pendapatan per kapita non migas nasional dijadikan ukuran tingkat pendapatan menengah (middle income class), maka petani sawit baik plasma maupun mandiri telah tergolong pada penduduk Indonesia yang berpendapatan menegah. Dengan fakta empiris ini, perkebunan kelapa sawit Indonesia bukan hanya berhasil menarik para petani keluar dari kemiskinan tetapi juga berhasil menempatkan mereka menjadi penduduk middle income class nasional. Dengan jumlah keluarga petani sawit nasional tahun 2013 berjumlah 3,7 juta keluarga dan dengan rata-rata anggota keluarga (family size) 4 orang, berarti sekitar 14,8 juta orang penduduk Indonesia telah terbebas dari kemiskinan memlaui perkebunan kelapa sawit dan bahkan sebagian besar diantaranya berhasil menjadi middle income class nasional meskipun tinggal dikawasan pedesaan.
Hasil studi inimengukuhkan studi Goenardi (2008) dan World Growth (2011) yang mengungkapkan bahwa perkebunan kelapa sawit di Indonesia merupakan sektor yang berhasil mengurangi kemiskinan (pro-poor).
Sumber: PASPI