KARACHI, SAWIT INDONESIA – Pakistan menempati lima besar negara importir CPO Indonesia. Permintaan negara yang beribukota Karachi ini diperkirakan akan tumbuh dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, Indonesia harus menjaga pangsa pasar ekspor sawitnya di Pakistan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, tahun 2016, nilai ekspor Indonesia ke Pakistan mencapai USD 2,2 miliar di mana USD 1,8 miliar di antaranya adalah ekspor minyak sawit. Sementara itu, Indonesia hanya membeli produk-produk dari Pakistan senilai USD 140 juta.
Defisit neraca perdagangan ini menjadi salah satu tema pembahasan delegasi Indonesia dalam kunjungan ke Pakistan pada pekan lalu.
Zubair Tufail, Ketua Kamar Dagang dan Industri Pakistan menyebutkan Pakistan masih mencatat defisit neraca perdagangan yang besar dengan Indonesia. Defisit perdagangan juga terjadi antara Pakistan dengan Malaysia
“Kami mengajak para pengusaha Indonesia untuk berinvestasi membangun industri pengolahan minyak sawit di Pakistan. Ini karena kebutuhan akan minyak sawit untuk makanan yang terus meningkat di negara berpenduduk 182 juta jiwa tersebut, “katanya dalam konferensi satu Hari Pakistan Edible Oil Conference (PEOC) di Karachi, akhir pekan lalu.
Pakistan, menurutnya, salah satu pasar minyak nabati terbesar di dunia. Selain minyak sawit yang diimpor dari Indonesia dan Malaysia, Pakistan juga membeli minyak kedelai dari Amerika Utara dan Brazil.
Joko Supriyono, Ketua Umum GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) berharap, pemerintah memperhatikan keinginan Pakistan untuk menjual lebih banyak produk ke Indonesia. Selain terkait aspek fairness dalam perdagangan bilateral kedua negara, juga untuk menjaga pasar minyak sawit Indonesia di Pakistan.
“Jangan sampai Pakistan mengurangi konsumsi minyak sawit dan turunannya dari Indonesia, karena akan membuka peluang bagi Malaysia untuk menjual minyak sawit yang lebih besar ke sana,” kata Joko yang menjadi salah satu delegasi Indonesia dalam PEOC.
Dalam pertemuan tersebut lahir inisiasi pembentukan Indonesia Pakistan Palm Oil Council (IPPOC). Tim bilateral ini menjadi wadah untuk menjawab berbagai hambatan perdagangan kedua negara.
Perwakilan IPPOC dari Indonesia antara lain BPDP Sawit, GAPKI, GIMNI, AIMI, dan Sucofindo. Sedangkan Pakistan diwakili oleh sejumlah organisasi dunia usaha antara lain PVMA (Pakistan Vanaspati Manufacturer’s Association) dan PEORA (Pakistan Edible Oil Refiners Association).
CEO PEOC Abdul Rashed Jan Muhammad, mengatakan Pakistan tetap akan menjadi pasar minyak nabati terbesar dunia. “Kenaikan impor minyak sawit baik mentah maupun olahan (olein) mencapai 2,6 juta ton tiap tahun,” katanya.