JAKARTA, SAWIT INDONESIA -Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mengkritisi alasan pemerintah untuk memperpanjang program moratorium sawit. Pasalnya, kebijakan ini dapat mengurangi produktivitas sawit yang sedang tumbuh pesat saat ini.
“Nah pertanyaannya ketika sawit ini berkembang dengan pesat justru pemerintah ingin memoratorium sawit. Logika kalau sawit berkembang pesat berarti bisa menjadi role model bahwa sawit relatif lebih baik daripada perkebunan lain,” Enny Sri Hartati Direktur INDEF dalam jumpa pers yang diselenggarakan di Pejaten, Jakarta Selatan Senin (10/7).
Mestinya, menurut dia, dengan keberhasilan industri kelapa sawit yang telah mendorong perekonomian nasional bisa menjadi contoh bagi komoditas perkebunan yang lain, seperti kakao, tebu, kopi dan lainnya.
“Artinya bisa di-copy paste, apa yang membuat sawit mempunyai kompetitif diantaranya mengenai tata kelola usahanya memenuhi kemampuan perkebunan dan ekonomi. Walaupun di satu titik ada kritik industri sawit masih meminggirkan perkebunan rakyat, dan ada pula yang mengembangkan petani plasma, inti dan sebagainya,” tambahnya.
Menurutnya keberhasilan industri kelapa sawit lantaran peran perusahaan yang memberikan kemudahaan akses pembiayaan dan pelatihan pembudidayaan kepada petani.
Oleh karena itu, pembenahan industri sawit bukan melalui kebijakan moratorium melainkan pemerintah memfasilitasi perkebunan non sawit yang tidak kompetitif lewat pelatihan dan kredit pertanian.
“Seperti sawit diantaranya memberikan kredit pertanian tidak ada 10 persen, tetapi ada 8 persennya hanya komoditas sawit. Nah kalau ini bisa dilakukan maka perkebunan lain bisa berkembang seperti sawit pula,” tutupnya.