Kurang lebih 5 bulan atau pada Agustus mendatang, anggota Koperasi Lempuing Indah Sejatera (LISA) sudah bisa menikmati hasil dari tanaman kelapa sawit yang diremajakan dengan dana hibah dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Koperasi yang secara resmi berdiri pada 2017, sebelumnya adalah bagian dari KUD Dwi Tunggal. Saat ini koperasi LISA beranggotakan 155 orang, dengan luasan kebun yang dikelola 310 ha (155 kavling), berlokasi di Desa Lempuing Indah Kec. Lempuing Jaya, Kab Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan.
Seperti diketahui, kebun yang dikelola Koperasi LISA merupakan kebun eks Plasma PT Wilmar yang sejak tahun 1990-an. Namun, untuk pembangunan kebun kelapa sawit siklus kedua, dikelola secara mandiri dengan bantuan dana hibah BPDPKS, sebesar Rp25 juta/ha.
Ketua Koperasi Lempuing Indah Sejahtera (LISA), Wayan Gede Siria, mengatakan koperasi yang kami diremajakan pada November 2019. “Sejak proses awal dari pengajuan dana hibah relatif lancar. Dan, kami targetkan pada Agustus mendatang sudah bisa panen perdana,” ujarnya melalui sambungan telepon, pada Kamis (24 Maret 2022).
“Untuk proses replanting kami mendapat dana hibah dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sebesar Rp25 juta/ha. Kami terima dana pada September 2019, kemudian pada November melakukan proses tumbang chipping. 2 bulan setelah dana turun kami langsung action. Dari total 155 kavling ada 6 kavling yang tidak mendapatkan dana hibah dari BPDPKS karena ada kendala administrasi, sehingga menggunakan dana swadaya. Mereka invest sejumlah dana sebesar dana hibah BPDPKS untuk peremajaan kebun. Jadi yang tercover dengan dana hibah untuk peremajaan dari BPDPKS hanya 293 ha,” tambah Wayan Gede Siria yang biasa disapa Gede.
Saat ini, kebun yang dikelola Koperasi LISA masuk tahap Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 2 dengan usia tanaman 25 bulan. Bibit yang ditanam yaitu varietas TS 2 dari Wilmar. Tania Selatan (TS) adalah salah satu sumber benih unggul tanaman kelapa sawit yang telah dilepas pemerintah di Provinsi Sumatera Selatan yang diproduksi oleh PT. Tania Selatan anak usaha PT Wilmar, dengan 3 varietas unggul terdiri dari D X P TS 1 , D X P TS 2 dan D x P TS 3.
Varietas Unggul D x P Tania Selatan memiliki karakter agronomis rata-rata jumlah tandan per tahun 16 tandan, kecepatan meninggi 70 cm per tahun dan industri extraction rate mencapai 26 % dan produktivitas TBS mencapai 27 ton/ Ha/Tahun serta tahan terhadap defisit air. Tiga varietas unggul ini telah dipergunakan petani pelaksana peremajaan tanaman kelapa sawit mitra binaan PT. Tania Selatan dan peremajaan kebun inti milik perusahaan.
Peredaran benih kelapa sawit varietas D X P TS ini telah ditanam di wilayah Provinsi Jambi, Bengkulu, Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Tengah dan Papua serta telah di ekspor ke Ghana.
Produksi kecambah kelapa sawit ini telah melalui berbagai tahapan quality control dan standard yang ketat untuk menghindari terjadinya kontaminasi bahan tanam non tenera sehingga kualitas proses terjamin. Tersedianya benih unggul yang telah dilepas pemerintah di Provinsi Sumatera Selatan ini selayaknya menjadi salah satu alternatif pilihan bagi perusahaan ataupun petani dalam melaksanakan pengembangan ataupun melaksanakan peremajaan tanaman tua.
“Untuk proses perawatan tanaman ada sekitar 45 orang yang diperkerjakan baik dari anggota maupun non anggota. Komposisi 20% anggota dan 80% non anggota yang berasal dari masyarakat sekitar. Untuk proses pembangunan siklus kedua dikelola secara swadaya (mandiri) oleh Koperasi tetapi masih bermitra dengan Wilmar dalam hal pembinaan teknis kebun,” kata Gede.
Sejak berdiri Koperasi LISA fokus pada pengelolaan kebun kelapa sawit. “Sampai saat ini belum terpikirkan untuk membuat unit usaha/bisnis lainnya, karena masih fokus pada perawatan tanaman. Sebenarnya koperasi memiliki 3 unit kendaraan (truk) tapi sekarang “vakum” atau tidak beroperasi. Sebelum tanaman sawit direplanting masih difungsikan untuk angkutan buah sawit (TBS). Tapi sementara divakumkan tunggu produksi (panen). Paling hanya digunakan sebagai angkutan material, itu pun tidak setiap hari beroperasi,” imbuh Gede.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 125)