Menyiapkan Pekebun Yang Berdisplin, Berkarakter, dan Berakhlak
Pengalaman Heri DB bekerja di perkebunan selama 25 tahun dibawanya dalam pelatihan Best Planter Indonesia. Yang menarik dalam pelatihan BPI, ada materi pelatihan mengenai persoalan utang dan gaya hidup.
“Jika kita bercerita manajemen kebun maka akan cerita budaya. Apabila budaya tidak terbentuk, maka prestasi kebun sulit untuk stabil. Karena bergantung kepada personal bukan sistemnya,” ucap Heri.
Tetapi, tambah Heri, jika karakternya sudah terbentuk maka akan terjadi internalisasi dalam organisasi. Bahkan, kebiasaan dapat menjadi role model di lingkungan kerjanya, maka jika sebagian besar melakukannya itu disebut budaya. Di sektor kebun sangat lekat dengan budaya disiplin dan sikap mental.
“Yang tidak memiliki karakter kuat & budaya kebun yang sehat, maka akan mudah terpengaruh atau tergantung orang lain, tetapi apabila karakter dan budaya kuat maka organisasi tidak akan mudah terganggu oleh pengaruh luar. Sebagai contoh, saat ada pimpinan yang keluar atau resign dari kebun. Maka kaderisasi akan terbentuk dengan sendirinya,” jelas Heri.
Contoh yang sangat sederhana, seorang karyawan apabila sudah mendapatkan pendidikan karakter akan berbeda, bangun pagi tidak lagi diinstruksi dan selalu siap menjalankan perintah pimpinan. Kebiasaan sikap disiplin ini. Kebiasaan, sikap disiplin ini yang memudahkan manajemen kebun atau manajer yang ada di lapangan untuk menggerakkan karyawan di lapangan.
“Saya juga sampaikan kepada perusahaan swasta yang saat ini telah mengikuti program Pelatihan Asisten Unggul (PAU)-BPI antara lain AAL (red-Astra Agro), BGA, Kencana, Sriwijaya, Best Agro dan GAMA. Outcome dari PAU adalah trigger terhadap perubahan karakter, sikap mental dam kompetensi dasar. Karena durasi pelatihan hanya 18 hari maka peran mentor atau manager lapangan yang mengawal Management Trainee (MT) menjadi sangat strategis dalam menentukan keberhasilan terbentuknya karakter serta budaya. Oleh karena itu, seyogyanya perusahaan pengguna program PAU melaksanakan Training of Trainer (TOT) terhadap manager kebun yang akan mengawal MT di lapangan dengan konten materi yang telah diberikan selama 18 hari menjalankan program PAU-BPI,” kata Heri.
Heri menambahkan training terhadap manager yang menjadi mentor di lapangan sangat strategis dalam mewujudkan terbentuknya karakter dan budaya, karena syarat penting pembentukan karakter maupun budaya para MT adalah Teladan.
Dijelaskannya nilai pembentukan karakter planter sudah disadari oleh manajemen perusahaan perkebunan. Perkebunan besar dihadapkan kepada fakta di lapangan bahwa teknis kerja kebun tidak cukup. Ternyata banyak yang melakukan penyimpangan dan tidak produktif. Penyebabnya bukanlah tidak menguasai teknik melainkan mental dan karakter belum terbentuk.
Sebenarnya perusahaan sadar pentingnya karakter dan budaya ini sangat disadari oleh perusahaan, namun proses pembentukkannya yang sering tidak disadari. Misalnya karyawan yang telah mengikuti banyak pelatihan karakter dan sikap mental begitu antusias dan semangat saat berlatih. Tetapi setelah kembali ke tempat kerja sikap dan perilakunya kembali ke asal dan pada akhirnya perusahaan menganggap tidak ada dampak signifikan dari sebuah pelatihan. Dijelaskan Heri DB, hal ini bisa dijelaskan dengan sangat sederhana, yaitu tidak adanya Teladan setelah kembali ke tempat kerja terhadap penerapan nilai-nilai baru yang diterima pada saat pelatihan.
“Disinilah perlunya mentor atau manager kebun diadakan pelatihan dan ini yang sering tidak dikerjakan oleh perusahaan khususnya training terhadap konten materi yang sudah diberikan kepada karyawan dibawahnya,” papar Heri.