Herbisida berbahan aktif paraquat diyakini tetap dibutuhkan kalangan petani. Seperti digambarkan dalam riset penelitian akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk mengetahui dampak penggunaan herbisida Paraquat terhadap ekonomi, sosial dan keamanan dalam bidang tanaman pangan dan perkebunan.
Pada 2016, survei ini berlangsung di sejumlah dilakukan di wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Lampung, Riau, Jawa Timur dan Kalimantan Selatan. Responden terdiri dari 225 petani kelapa sawit, jagung, padi dan kakao yang diwawancarai oleh tim riset.
Dr. Dedi Budiman Hakim, Dosen Fakultas Ekonomi Manajemen IPB, menyatakan konsumen herbisida berbahan aktif paraquat rata-rata berasal dari para petani yang sudah belasan tahun menggunakan produk ini. Pengalaman menggunakan paraquat ini membuat petani yakin bahwa herbisida berbasis paraquat dapat melindungi petani dari gulma, meningkatkan hasil panen, dapat menghemat pembiayaan dan lebih ramah lingkungan.
“Responden sudah menggunakan Paraquat sekitar 12 tahun lamanya, Petani padi dan jagung yang paling lama. Sedangkan responden petani sawit rata-rata memaka herbisida berbahan aktif paraquat sekitar 13 tahun,” kata Dedi, dalam diskusi publik di Bogor, Maret 2017.
Berdasarkan hasil riset, menurut Dedi, sebanyak 90% respon menyatakan paraquat aman untuk kehidupan manusia dan lingkungan, sebanyak 96% merespon paraquat mudah diperoleh, 100% mudah digunakan di lahan pertanian, sekitar 92% cepat mengendalikan gulma dan 90% aman bagi manusia dan lingkungan. Tujuan penggunaan herbisida paraquat untuk pengendalian gulma, penyiapan lahan, pembusukan jerami, membersihkan tanaman dari benalu dan lainnya.