Sejumlah perusahaan kelapa sawit tidak mengurungkan rencana bisnisnya pada tahun ini, di saat pelemahan harga CPO terus terjadi. Belanja modal tahun ini difokuskan kepada pembangunan pabrik sawit dan perawatan lahan tertanam.
Sampai empat bulan pertama tahun ini, laba bersih PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk anjlok akibat longsornya harga jual dan volume penjualan. Laba yang dikumpulkan perseroan kedodoran 46% menjadi Rp149 miliar pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan periode sama tahun lalu sekitar Rp276 miliar. “Kami tetap optimis kuartal kedua kinerja akan membaik seiring tren kenaikan harga CPO,” jelas Rimbun Situmorang, Presiden Direktur PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk beberapa waktu lalu.
Emiten berkode SSMS ini tetap giat untuk ekspansi. Harry Nadir, Direktur Keuangan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk, menyebutkan akan menambah satu unit pabrik sawit yang mulai dikerjakan tahun ini. Pabrik baru akan menampung produksi buah sawit dari dua perusahaan, PT Mirza Pratama Putra dan PT Menteng Kencana Mas, yang diakusisi pada akhir tahun lalu.
Menurutnya, pabrik ini akan dikerjakan mulai kuartal ketiga tahun ini. Nilai investasi antara US$10 juta-US$11 juta (Rp 136 miliar-Rp 150 miliar, kurs hari=Rp13.671) untuk pembangunan pabrik berkapasitas 60 ton TBS per jam.
“Sumber dana pembangunan dari belanja modal tahun ini, tapi tidak semuanya dari situ. Karena pabrik baru selesai tahun depan. Lokasi pabrik tidak jauh dari dua perusahaan tersebut,” kata Harry setelah RUPS PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk, di Jakarta, Rabu, pada penghujung Mei.
Setelah pabrik ketujuh beroperasi, jumlah PKS emiten berkode SSM ini menjadi tujuh unit dengan kapasitas 435 ton per jam. Total belanja modal tahun ini sebesar Rp450 miliar. Dari jumlah tersebut, anak usaha Citra Borneo ini memakai sekitar US$20 juta digunakan untuk kepentingan penanaman lahan sawit. Tahun ini perusahaan menargetkan penambahan lahan tertanam antara 5.000-5.500 hektare.
Perusahaan sawit lainnya, PT Dharma Satya Nusantara Tbk, mengumumkan telah mengakuisisi 15 persen investasi dari anak perusahaan operasional utama dari REA di Indonesia yakni PT REA Kaltim Plantations (“REA Kaltim”). REA Kaltim dan anak-anak perusahaannya menjalankan kegiatan utamanya dalam pengolahan kelapa sawit di Kalimantan Timur. Per 31 Desember 2015, REA Kaltim dan anak perusahaannya memiliki lahan tertanam sebanyak 37.097 hektar, dengan total Hak Guna Usaha (HGU) sebesar 70.584 hektar.
“Kepemilikannya di REA Kaltim yang akan dilakukan melalui anak perusahaannya, sampai dengan jumlah maksimal sebesar 49 persen secara bertahap selama jangka waktu lima tahun. Peningkatan dilakukan berdasarkan kesepakatan harga,” kata Paulina Suryanti, Sekretaris Perusahaan PT Dharma Satya Nusantara Tbk dalam rilisnya.
Walaupun, laba bersih perusahaan melorot 65% menjadi Rp 20 miliar pada kuartal pertama ini, ketimbang periode sama tahun lalu sebesar Rp 58 miliar. Perseroan sangat agresif dengan menyiapkan US$ 60 juta. Sebagian besar dana dialokasikan untuk proses pembangunan PKS baru perseroan. Pabrik yang dibangun berkapasitas 60 Ton TBS per jam di Kalimantan Tengah.
PT Austindo Nusantara Jaya Tbk mengalokasikan belanja modal sebesar US$75 juta-US$ 85 juta pada 2016. Belanja modal tersebut akan dipergunakan perseroan untuk mengembangkan beberapa proyek dan pembangunan infrastruktur.
Lukas Kurniawan, Direktur PT ANJ mengatakan belanja modal akan dipakai untuk perkembangan proyek sagu dan penyelesaian pembangkit listrik di wilayah Papua. “Proyek ini diharapkan sampai selesai dan pembangunan pabrik listrik ini akan mendukung sumber energi pabrik sawit yang baru,” katanya dalam acara Public Expose PT ANJ Tbk, pada awal Juni.
(Selengkapnya silakan baca di Majalah SAWIT INDONESIA Edisi 15 Juni-15 Juli 2016)