Permintaan CPO di tahun ini diperkirakan tidak akan meningkat tajam. Dipengaruhi oversuplai minyak nabati dan harga minyak bumi. Implementasi mandatori biodiesel di Indonesia dan Malaysia masih ditunggu.
Derom Bangun, Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia, mengatakan produksi minyak nabati India seperti rapeseed dan kacang tanah tidak akan melonjak tajam. Dalam satu tahun ini, kebutuhan minyak nabati india mencapai 26 juta ton yang dipenuhi dari impor sebanyak 12 juta ton antara lain minyak sawit, bunga matahari dan kanola.
Lebih lanjut, kata Derom, impor minyak nabati sekitar 80 persen dari CPO. Tetapi untuk tahun ini, impor CPO India dapat turun sekitar 70 persen atau 8,4 juta-8,5 juta ton. Biasanya, India menjadi pasar utama CPO Indonesia karena lebih berminat produk minyak sawit mentah (crude).
Berdasarkan data GAPKI, permintaan dari India justru turun di saat negeri Bollywood ini kekurangan pasokan minyak nabati di dalam negeri. Permintaan minyak sawit dari Indonesia tercatat menurun 1,4 persen dibandingkan bulan lalu atau dari 439.72 ribu ton pada Februari turun menjadi 433.78 ribu ton pada Maret ini. Akan tetapi sebaliknya impor minyak sawit India dari Malaysia justru meningkat cukup signifikan.
Pembeli minyak sawit di benua Eropa diperkirakan tidak akan mengimpor dalam jumlah besar. Ditengah rendahnya harga minyak bumi, impor CPO yang dipakai sebagai sumber bahan baku biodiesel diperkirakan stagnan. Setiap tahun, permintaan CPO Uni Eropa mencapai 5 juta-6 juta ton tetapi untuk tahun ini diperkirakan turun 5 persen.
(Lebih lengkap silakan baca Majalah SAWIT INDONESIA Edisi Mei-Juni 2015)