JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyatakan fluktuasi harga minyak sawit (CPO) global tidak pengaruhi kinerja ekspor. Sebab, harga CPO di pasar global terus naik dan pembelian tetap tinggi.
“Percikan harapan cerahnya pasar CPO global muncul pada awal tahun 2017. Ini ditandai dengan harga CPO di pasar global yang terus bergeliat dan animo pembelian minyak sawit juga masih tetap tinggi,” Fadhil Hasan Direktur Eksekutif GAPKI.
Ia melanjutkan, kinerja ekspor minyak sawit Indonesia (CPO dan turunan, PKO dan turunan, Oleochemical dan Biodiesel) masih mencatatkan kenaikan 2% dibandingkan dengan ekspor pada Desember 2016, atau dari 2,78 juta ton terkerek menjadi 2,84 juta ton.
Sebaliknya, kata dia, kinerja produksi minyak sawit menurun cukup signifikan yaitu 9%, atau dari 3,15 juta ton pada Desember 2016 turun menjadi 2,86 juta ton pada Januari 2017.
“Penurunan produksi hampir terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Ekspor yang meningkat dan produksi yang turun tidak serta merta menggerus stok minyak sawit di Indonesia,” tambahnya.
Sebelumnya, GAPKI merilis data bahwa pada awal 2017 stok minyak sawit Indonesia pada Desember 2016 diperkirakan hanya sekitar 1,07 juta ton dan produksi minyak sawit sekitar 34.5 juta ton (31,5 juta ton CPO dan 3 juta ton CPOK).
Namun kemudian, GAPKI merevisi data tersebut, bahwa stok dan produksi minyak sawit Indonesia pada akhir tahun 2016 adalah 3,75 juta ton. Produksi minyak sawit sebesar 35,57 juta ton (32,52 juta ton CPO dan 3,05 CPKO). Hasil tabulasi data ini berdasarkan pengumpulan data dan survei di lapangan dari pihak-pihak yang terpercaya selama dua bulan terakhir bekerja sama dengan asosiasi terkait (GIMNI, APROBI, AIMMI, APOLIN dan BPDPKS).
Sementara itu, menurut Fadhil, stok fisik di lapangan cukup banyak meskipun produksi tidak tinggi karena “carry forward” pada stok akhir tahun 2015 yang memang sangat melimpah. Sepanjang Januari 2017, stok minyak sawit Indonesia tercatat sebanyak 2,86 juta ton.