Agro Investama Group adalah pemain baru sawit nasional yang baru berjalan 2011. Saat ini lahan tertanam di Tebo telah berkembang menjadi 5.000 hektar. Perusahaan juga mempunyai pabrik kelapa sawit berkapasitas olah 30 Ton Tandan Buah Segar (TBS) sawit yang dapat ditingkatkan menjadi 45 ton TBS.
“Lahan kami juga tersebar di daerah lain seperti Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah dengan luasan konsesi sekitar 60.000 hektar,” kata Handoko Limaho, COO Agro Investama Group.
Handoko mengungkapkan alasan perusahaan masuk bisnis sawit karena komoditas ini merupakan sumber dari energi terbarukan. Walaupun demikian, pihaknya sadar bahwa tantangan industri sawit tidaklah mudah mulai dari aspek regulasi dan bisnisnya sendiri. “Semua orang tahu sawit ini tidak ada cashflow sampai empat tahun. Baru ada pemasukan setelah buahnya menghasilkan,” kata Handoko.
Ditambahkannya, dari aspek regulasi dan sustainability sangatlah memengaruhi bisnis sawit. Untuk itu, perusahaan butuh kepastian maupun kerjasama lebih harmonis dengan pemerintah. Yang membuat perusahaan optimis karena pemerintah tahu industri sawit sangat strategis bagi perekonomian.
Dari aspek lingkungan, anak usaha Agro Investama Group yang mempunyai pabrik sawit telah bersertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Dengan begitu, minyak sawit yang dihasilkan sesuai standar berkelanjutan. “Walaupun perusahaan baru, we try to very responsible to people, profit, and planet. Kami bukan sekadar exploited tetapi ingin membantu menjaga hutan.”
Tim redaksi Majalah Sawit Indonesia berkesempatan mewawancarai Handoko Limaho di daerah SCBD, Jakarta Selatan. Berikut ini petikan wawancara kami yang juga bersumber dari jawaban via email, atas pertanyaan redaksi sebelum bertatap muka dengan Handoko Limaho:
Mulai kapan Agro Investama Group masuk bisnis sawit? Apa pertimbangan perusahaan masuk bisnis ini?
Agro Investama Group masuk industri kelapa sawit mulai tahun 2011 melalui PT Tebo Indah yang berlokasi di Jambi. Bisnis ini menarik lantaran food dan renewable energy akan menjadi bisnis yang akan sangat berkembang ke depan baik dari segi commercial maupun segi pilantropis. Kami masuk bisnis ini karena sadar bahwa Crude Palm Oil (CPO) dan produk turunannya akan menjadi bahan dasar food industry dan juga bagi energi.
Industri plantation merupakan industri padat karya yang melibatkan banyak orang. Artinya sesuai visi pilantropis kami bahwa bisnis perkebunan ini akan membawa kesejahteraan bagi sebanyak mungkin orang terlibat. Saat tahun 2011 kami memulai karena tren menunjukkan semakin lama bahwa hambatan untuk masuk industri ini semakin besar baik dari segi perizinan, komersial dan tuntutan sustainability, sehingga tahun 2011 kami segera terjun ke dalam industri kelapa sawit.