JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah beralih kepada penggunaan teknologi informasi dalam setiap kegiatannya. Rino Afrino, Sekjen DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) menjelaskan bahwa petani dituntut beradaptasi dan memanfaatkan perkembangan teknologi untuk mendukung kegiatan di perkebunan sawit.
“Petani sekarang ini khususnya generasi milenial harus adaptif terhadap digitalisasi dan teknologi. Semua pekerjaan dan kegiatan dimudahkan,” ujar Rino saat menjadi pembicara Let’s Talk Business” yang webinar bertemakan “Peran Petani Milenial Dalam Membangun Industri Kelapa Sawit Yang Berkelanjutan”, Selasa (21 Desember 2021).
APKASINDO sebagai organisasi petani terbesar di Indonesia yang tersebar di 22 Provinsi dan 147 Kabupaten telah memiliki databass lengkap anggotanya yang berjumlah 700 ribu petani.”Saat ini, APKASINDO sedang mengembangkan E-KTA untuk mempermudah mengelola keanggotaan,” ujarnya.
Ia mengatakan petani mulai memanfaatkan penggunaan digitalisasi seperti pemetaan lahan, rekomendasi pemupukan, dan sensus pokok sawit.
“Kami juga menggunakan teknologi GIS untuk mengukur luas kebun by koordinat. Karena mulai ada isu kebun harus clear & clean,” jelasnya.
Dalam upaya peningkatan produktivitas, APKASINDO bekerjasama dengan IPB dan Pupuk Kaltim untuk melakukan kajian pemupukan presisi dengan pemakaian satelit yaitu PreciPalm.
“Jadi memanfaatkan pemakaian satelit untuk mengetahui unsur hara di tanah. Di tengah tingginya harga pupuk dibutuhkan aplikasi sesuai dosis yang tepat, ” urainya.
Saat ini, sejumlah petani sudah terbiasa memakai pesawat nir awak atau drone untuk mengamati dan mengawasi perkebunan sawitnya.
“Petani telah dilatih pakai drone sehingga mereka tidak perlu jalan kaki. Kondisi kebun dan pengawasan hama dapat dipantau baik. Ini penting sekali. Karena menjadi kunci produktivitas, ” jelasnya.
Selain itu dalam berkomunikasi, dijelaskan Rino, petani sudah terbiasa menggunakan zoom. Inilah hikmah yang dapat diambil dari pandemi. Sebab, petani sudah terbiasa memakai zoom untuk rapat dan mengikuti webinar.
“Saat pandemi terjadi, petani mulai belajar zoom. Tatap muka secara daring lebih mudah dilakukan mulai dari Aceh sampai Papua Barat. Bahkan kegiatan panen perdana Wapres dilakukan dengan zoom. Berlangsung real time dan dapat dilakukan dialog langsung,” jelasnya.
“Era baru ini mendorong para pelaku sawit untuk mulai beradaptasi dalam teknologi digital sehingga dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi dan daya saing. Petani sawit generasi kedua telah siap dengan kemajuan teknologi sekarang,” jelasnya.
Rino mengatakan anggota Apkasindo lebih mudah untuk mendistribusikan informasi melalui grup WhatsApp dan sosial media.”Ada lebih 50 grup whatsapp yang diikuti petani sawit untuk bertukar informasi,” paparnya.
Kemudahan bertukar informasi ini tidak terlepas dari dukungan dan kebijakan pemerintah Joko Widodo dalam penyiapan jaringan internet.”Kami petani sawit memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Presiden Jokowi yang mempermudah penyiapan jaringan internet,” pungkasnya.