Generasi milenial Indonesia perlu diberikan wawasan positif tentang industri sawit. Merekalah yang akan menjadi penentu masa depan industri sawit Indonesia.
Isu negatif yang kerap dihembuskan oleh negara-negara maju terutama Eropa dan Amerika Serikat (AS) pada industri kelapa sawit Indonesia. Ada beberapa kampanye negatif sawit yang kerap digaungkan antara lain, minyak sawit dituding mengandung kolesterol tinggi sehingga membahayakan kesehatan konsumen, pada era 80-an.
Selain itu, perkebunan sawit dituduh penyebab tingginya emisi karbon dan merusak lingkungan. Perkebunan sawit merusak satwa liar. Untuk itu, untuk menepis isu-isu negatif sawit tersebut perlu peran dari generasi muda untuk menyampaikan tone positif sawit yang banyak berkontribusi pada devisa negara.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat industri minyak sawit pada periode Januari–Februari 2020 menyumbang devisa sebesar US$ 3,5 miliar. Sehingga neraca perdagangan Indonesia pada awal 2020 surplus sebesar US$ 1,9 miliar. Bahkan pada 2017, industri sawit mencatat rekor dalam penyumbang devisa negara, sebesar USD 23 miliar atau setara Rp. 300 triliun, gapki.id.
Generasi muda atau generasi milenial Indonesia perlu diberi wawasan positif tentang industri sawit. Merekalah yang akan menjadi penentu masa depan indusri sawit Indonesia. Hal tersebut diungkapkan Kepala Divisi Perusahaan Badang Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP KS), Achmad Maulizal Sutawijaya dalam webinar DigiTalk Sawit Jawa Regional II (DKI Jakarta, Banten, Jabar) yang diinisiasi BPDP KS, pada Senin (24 Agustus 2020).
Menurut Maulizal kontribusi devisa atas ekspor sawit kepada negara, cukup signifikan. Berdasarkan data GAPKI semester I 2020 devisa yang disumbang sawit mencapai US$ 10,06 miliar. Tahun ini, meski ada Pandemi Covid-19 kontribusi dari ekspor sawit diperkirakan tak beda jauh dari perolehan 2019 atau sebesar US$ 20,2 miliar.
“Peran generasi milenial akan sangat penting dalam menentukan masa depan sawit. Selain itu, ada 2,4 juta petani dan 2,6 juta pekerja sawit yang bergantung dari bisnis ini. Ada pula ribuan produk berbahan baku sawit serta turunannya yang kita nikmati sehari-hari. Nah, teman-teman milenial harus sadar akan hal ini,” ungkap Maulizal.
Untuk meningkatkan produktivitas sawit petani BPDP KS mempunyai program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang saat ini tengah berjalan sejak 2016 lalu. “Melalui program PSR serta berbagai program pelatihan untuk petani. Khusus PSR, kita bantu petani Rp. 30 juta/hektar. Dalam program peremajaan sawit, kita ingin petani gunakan bibit unggul sesuai Good Agricultural Practices (GAP),” tambahnya.
Terkait dengan generasi milenial yang memiliki peran sangat stategis untuk menepis isu negatif sawit, Pimpinan Redaksi Majalah Sawit Indonesia, Qayuum Amri mengingatkan kalangan milenial untuk tidak lekas percaya dengan berita miring yang ditujukan kepada produk sawit asal Indoneia.
(Selengkapnya dapat di baca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 107)