Jakarta, SAWIT INDONESIA – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mendorong ke depannya ada satu badan khusus yang mengurusi sawit nasional. Sebab, selama ini tidak kurang 31 kementerian/lembaga yang mengurusi komoditas terbesar Indonesia ini.
Bidang Komunikasi GAPKI Fenny Sofyan mengatakan banyaknya lembaga yang mengurusi sawit akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan industri hulu-hilir sawit.
“Sejak 2006 sawit itu sudah memberikan devisa negara bahkan sudah jadi produsen CPO terbesar. Tapi kok masih tidak ada kepastian investasi. Misalnya apa, kita harus menghadapi 30 kementerian/lembaga mengurus sawit. Bagi iklim sawit itu mengganggu. Lalu tumpang tindih aturan, itu buat kami sulit,” ujar Fenny saat jadi narasumber Panen News Group Discussion di Jakarta, Jumat (9/2/2024).
Dia mengungkapkan Indonesia juga sebelum sawit pernah memiliki komoditas unggulan seperti gula, kakao hingga garam yang pernah berjaya justru sekarang redup. Untuk sawit pun, lanjut Fenny, saat ini mengalami stagnasi produksi dalam beberapa tahun terakhir yang hanya di 51 juta ton.
Menurutnya, hal tersebut harus diperhatikan pemerintah karena sawit merupakan komoditas yang paling serbaguna.
“Tubuh kita dari ujung kepala hingga ujung kaki pake produk dari sawit. Kita minum kopinya creamernya dari sawit, gorengan, susu formula, buat ibu hamil mengatasi stunting. Tidak perlu lagi sintetik impor, dari sawit juga sebenarnya bisa. Nah tapi kebutuhan ini harus ada yang ngatur,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Fenny berharap ke depannya ada lembaga yang mengurusi sawit. Dia menuturkan ke depannya tantangannya semakin besar soal pangan. Sebab, konsumsi dalam negeri itu akan meningkat.
“Ada kebutuhan 9 juta untuk biodiesel dan sisanya untuk konsumsi, kalau itu meningkat, kalau stagnan akan ada limit. Akan ada cross antar produksi dan konsumsi. Makanya harus ada strategi produksi bagaimana naik dan menjaga harga dan stok tetap terjaga,” jelasnya.
“Saya berharap ada kebijakan satu pintu agar sawit mau dibawa kemana, roadmap 10-20 tahun mau dibawa kemana, perusahaan mau dibawa kemana, petani mau kemana, sinerginya seperti apa,” lanjutnya.
Penulis: Indra Gunawan