NUSA DUA, SAWIT INDONESIA – Di tengah ketidakpastian pasar yang disebabkan adanya dinamika perekonomian dunia yang terjadi tidak hanya di Indonesia. Namun, sektor industri sawit di Indonesia masih mampu berkontribusi pada devisa negara mencapai US$ 20,6 miliar.
Hal itu, disampaikan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono, saat memberikan sambutan pada The 19th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2024 Price Outlook, pada Kamis (2 November 2023), di Nusa Dua – Bali.
Dijelaskan Eddy, kinerja industri kelapa sawit Indonesia sampai bulan Agustus 2023 mencapai produksi 36,3 juta ton dengan ekspor termasuk biodiesel dan oleokimia yang melampaui 23,4 juta ton yang berkontribusi terhadap devisa negara mencapai US$ 20,6 miliar.
“Kita bersama ingin meningkatkan kinerja kelapa sawit di tengah ketidakpastian pasar yang merupakan dinamika perekonomian dunia yang tidak hanya terjadi di Indonesia. Berbagai negara harus mengikuti aturan dan tingkat suku bunga yang sangat fluktuatif termasuk Indonesia,” jelasnya.
“Selain itu, lanjut Eddy, dari sisi produktivitas yang stagnan juga menjadi tantangan bersama untuk menghadapi semua kerentanan yang ada. Dan, peperangan akan memberikan dampak yang cukup panjang untuk ketidakpastian yang ada dan harus dicari jalan keluar dari situasi tersebut. Kekurangan pasokan minyak kelapa sawit akan berdampak pada semua pihak khususnya bagi negara-negara berkembang,” imbuhnya.
Dari tantangan yang dihadapi industri sawit di atas, pelaku usaha perkebunan kelapa sawit memiliki kekhawatiran, terkait ketahanan pangan, produk deforestasi, dan peraturan dari EUDR (UU Deforestasi Uni Eropa) yang membahas harga kelapa sawit, tenaga kerja, produksi minyak sawit dan minyak nabati lainnya serta upaya pengurangan kemasan atau package reduction.
Terkait peraturan EUDR, Eddy menegaskan bahwa peraturan itu (EUDR) harus memastikan petani sawit juga harus terlibat dalam setiap prosesnya. “Dan harus memiliki daya tahan untuk mendapatkan pengetahuan dan mendapat masukan untuk menghadapi situasi dari para ahli,” pungkas Eddy.