JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memprediksi permintaan ekspor sawit secara keseluruhan pada 2017 mencapai 27 juta ton. Jumlah itu naik dibandingkan 2016, dengan total ekspor sawit tercatat sebanyak 25,1 juta ton.
“Untuk ekspor 2017 agar konservatif sehingga kita nggak mau terlalu optimis dan mendahuluinya, meskipun permintaan ekspor diperkirakan akan banyak,” kata Togar Sitanggang Sekretaris Jenderal GAPKI Togar Sitanggang dalam jumpa pers di kantor GAPKI, Jakarta (31/1).
Proyeksi ekspor sebesar 27 juta ton terdiri dari ekspor CPO sebanyak 5,5 juta ton, produk refine (olahan) CPO sebanyak 18 juta ton, palm kernel oil (PKO) dan refine PKO sebanyak 1,5 juta ton, biodiesel 500 ribu ton dan oleokimia sebanyak 1,5 juta ton.
Angka ekspor sepanjang 2016 mengalami penurunan sekitar lima persen dari ekspor 2015 yang mencapai 26,4 juta ton. Secara nilai, pada 2016 industri sawit menyumbang devisa sebesar 18,1 miliar dolar AS. Nilai tersebut mengalami penurunan sebesar tiga persen jika dibandingkan dengan nilai ekspor minyak sawit 2015 sebesar 18,67 miliar dolar AS.
Ia menambahkan bahwa hampir semua negara tujuan ekspor produk sawit Indonesia mengalami penurunan kecuali Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa. “Di negara tujuan agak melemah, mungkin ini temporali saja dan permintaan kemungkinan meningkat walaupun tidak terlalu signifikan,” kata Togar.
Amerika mencatat peningkatan impor minyak sawit dari Indonesia yang signifikan yakni sebesar 43 persen atau dari 758,55 ribu ton pada 2015, dan menjadi 1,08 juta ton pada 2016. Negara-negara Uni Eropa juga mencatat kenaikan permintaan sebesar tiga persen dari sebelumnya 4,2 juta ton menjadi 4,4 juta ton pada 2016.
Sebaliknya negara utama pengimpor minyak sawit Indonesia yaitu India, Cina dan Pakistan mencatatkan penurunan permintaan. Cina mencatatkan penurunan cukup signifikan sebesar 19 persen atau dari 3,99 juta ton menjadi 3,23 juta ton.
Permintaan minyak sawit dari Pakistan pada 2016 turun sebesar 5,5 persen atau dari 2,19 juta turun menjadi 2,07 juta ton. Untuk India tercatat mengalami penurunan tipis sebesar 0,3 persen atau dari 5,8 juta ton menjadi 5,78 juta ton pada 2016.
Pada kesempatan tersebut, Joko Supriyono Ketua Umum GAPKI mengungkapkan melemahnya permintaan pasar luar negeri juga disebabkan oleh penurunan produksi dalam negeri. Tercatat, produksi pada 2016 turun tiga persen menjadi 34,5 juta ton dari sebelumnya 35,5 juta ton.
Oleh karena itu, ia mengharapkan pemerintah membantu menyelesaikan hambatan perdagangan di berbagai negara sehingga mencapai target peningkatan ekspor Indonesia.
“Bagaimanapun sawit adalah produk andalan, kita doakan pada 2017 produksi dan ekpor naik, tetapi yang terpenting pemerintah menyelesaikan hambatan di negara tujuan utama ekspor seperti India, Cina, Pakistan dan Timur Tengah,”tutupnya.