DENPASAR , SAWIT INDONESIA – Suasana berbeda sangat terasa dalam Munas XI Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) pada 8-10 Maret 2023 di Bali. Hal ini diceritakan Dr. Gulat ME Manurung, MP, CIMA, Ketua Umum DPP APKASINDO (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia) ketika tiba sehari sebelum acara dimulai. Hari pertama dimulai dengan Seminar Nasional mengenai PSR dan kemitraan sawit.
“Di tengah pelaksanaan Munas XI GAPKI, tampak jelas kondisi tegang para anggotanya sebagai pemilik suara. Apalagi Munas kali ini akan memilih Nakhoda Baru, yaitu Ketua Umum GAPKI,” cerita Gulat.
Gulat mengaku senang dan Bangga melihat semangat dari “Abang-Abang” kami dari GAPKI dalam rangka mensukseskan Munas XI dan kali ini memang berbeda dari Munas sebelumnya.
“Saya melihat ada dua kandidat kuat untuk menuju Ketua Umum GAPKI yaitu Pak Eddy Martono dan Pak Dwi Sutoro. Keduanya putra terbaik anak bangsa yang visioner memajukan sawit melalui GAPKI, terlebih bagi Indonesia, baik di kancah nasional maupun internasional,” ungkap Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Riau ini.
Menurutnya, GAPKI sebagai asosiasi sawit tertua di Indonesia menjadi panutan bagi asosiasi sawit lainnya. Petani berharap pemilihan Ketua Umum nantinya akan berlangsung demokratis.
“Harapan petani sawit Ketum terpilih dapat melaksanakan enam pesan titipan dari Wapres saat pembukaan Munas XI di di Istana Wapres pada 3 Maret kemarin,” jelasnya.
Dalam pembukaan Munas XI, Wapres menekankan enam aspek penting yang menjadi bagian tugas GAPKI dalam penguatan industri sawit di Indonesia. Yaitu kemitraan, pendampingan serta bimbingan teknis ISPO, mengoptimalkan program CSR, meningkatkan peran GAPKI bagi pembangunan wilayah terpencil, pemberdayaan masyarakat sekitar perkebunan seperti santripreneur, dan penyelesaian masalah kebun sawit dalam kawasan hutan.
“Tiga dari enam pesan Wapres tersebut berkaitan erat dengan masalah petani sawit. Tentu saja dengan menjalankan 6 pesan Wapres tersebut bukan pekerjaan yang mudah. Maka dibutuhkan sosok Ketua Umum GAPKI yang tidak biasa artinya harus petarung dan merah putih,” tegasnya.
Menurutnya, Kepemimpinan Pak Joko Supriyono selama dua periode sudah sangat visioner dan sangat komunikatif dengan petani sawit sebagai mitra strategis. Petani sawit khususnya APKASINDO sangat berkepentingan dengan sosok Ketua Umum GAPKI. Sebab, kemajuan dan kesejahteraan petani sawit tidak terlepas dari kepemimpinan nakhoda GAPKI.
“Selama ini, perusahaan sawit anggota GAPKI bisa cepat berkomunikasi dengan APKASINDO khususnya, jika ada “sumbatan” di lapangan,” kata Gulat.
Maka, komunikasi menjadi kunci utama mengatasi permasalahan sawit dimana tidak bisa selesai hanya oleh GAPKI saja, tapi harus dikerjakan tiga entitas sawit yaitu korporasi, petani sawit, dan pemerintah.
Gulat mengakui petani sawit cenderung sering berbenturan dengan perusahaan yang bukan anggota GAPKI. Tak heran, Apkasindo kewalahan untuk mencarikan resolusinya karena manajemen perusahaan tadi cenderung tertutup.
“Kami setuju apabila pemerintah mewajibkan korporasi sawit masuk ke GAPKI atau organisasi pengusaha Sawit lainnya. Alasannya mempermudah koordinasi lintas asosiasi” jelas ayah dua anak ini.
Diakui Gulat, pemerintah daerah juga kewalahan untuk berkoordinasi dengan perusahaan sawit yang tidak masuk GAPKI. Tantangan ini merupakan tugas baru Ketum GAPKI berikutnya supaya keanggotaan GAPKI semakin bertambah dari saat ini.
“Kemajuan sawit Indonesia harus lebih seiring dan sejalan antara korporasi dengan petani sawit bersama pemerintah,” pungkasnya menutup pembicaraan.