Bambang Aria Wisena hampir 20 tahun lebih berkecimpung di Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia(GAPKI). Pria kelahiran Bogor, 59 tahun ini, berpandangan bahwa industri sawit terutama GAPKI harus bermanfaat bagi stakeholder dan masyarakat Indonesia.
“Saya di GAPKI sudah cukup lama sejak 2003. Berdirinya GAPKI Cabang Sumatera Barat dari inisiatif kami bersama rekan-rekan perusahaan perkebunan Kelapa Sawit di Sumbar. Sumatera Utara lebih dulu sebagai tempat lahirnya GAPKI. Setelah itu barulah berdiri GAPKI di daerah sentra sawit lainnya,” ujar Bambang Aria yang menjabat Ketua Bidang Perpajakan dan Fiskal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).
Jelang Munas GAPKI pada Maret depan, nama Bambang Aria santer terdengar sebagai kandidat Ketua Umum. Ketika ditanya kesiapannya, jawaban Bambang sangat lugas.
“Saya sudah lebih dari 20 tahun di GAPKI kalau ngomong tidak siap, masa iya? Namun saya juga menghormati rekan-rekan lain yang masuk jajaran kandidat seperti pemberitaan media. Ada Pak Eddy Martono, Pak Dwi Sutoro, Bu Mona, dan Bang Ucok (Mustafa Daulay). Pemahaman organisasi mereka sangat bagus,” urai Bambang.
Dijelaskan Bambang bahwa sebagai organisasi sawit tertua di Indonesia, GAPKI bukan hanya membutuhkan fitur melainkan komitmen dan kerjasama antar pengurus serta anggota.
“Sampai saat ini semua kemajuan yang sudah dicapai sangat luar biasa dan sudah diperhitungkan di level nasional dan internasional. Harapannya, GAPKI dapat memberikan manfaat kepada masyarakat dan semua stakeholder,” urainya.
Sebagai mitra strategis pemerintah, dijelaskan Bambang, bahwa hubungan GAPKI sangatlah dekat dan dihargai. Karena saran dan masukan dari GAPKI dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah saat membuat regulasi.
“GAPKI dapat memainkan peranan sebagai salah satu referensi utama bagi penentu dan pengambil kebijakan. Khususnya mengambil keputusan/kebijakan yang berkaitan dengan industri sawit secara menyeluruh,” jelas pemegang gelar Doktor Sekolah Bisnis IPB ini.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 135)