PT Socfin Indonesia (Socfindo) optimis menyongsong penjualan benih sawit di tahun ini. Varietas unggulan perusahaan yang berpusat di Medan Sumatera Utara ini tetap diminati perusahaan dan petani.
“Target penjualan tahun ini sebesar 12 juta butir kecambah. Hingga Mei, sudah tercapai penjualan sekitar 4 juta butir,” ujar Agustiaman Purba, Seed Sales & Marketing PT Socfindo.
Target tahun ini diharapkan lebih tinggi dari tahun 2020 sebesar 8 juta kecambah dan 10 juta kecambah pada 2021. Di dalam negeri, penjualan benih tetap ada pertumbuhan yang bersumber dari kegiatan peremajaan kebun perusahaan dan petani.
Kendati demikian, permintaan bibit siap tanam dari kegiatan Peremajaan Sawit (PSR) belum signifikan. Agustiaman Purba mencontohkan tahun lalu bibit siap tanam yang sudah dipersiapkan oleh Socfindo tidak terserap kegiatan Program PSR (Peremajaan Sawit Rakyat) di Sumatera Utara dan Aceh.
Dari segi harga, perusahaan tetap menggunakan harga jual seperti tahun lalu. “Perusahaan juga tidak ada rencana menaikkan harga jual kecambah dan bibit di tahun ini,” jelas Agustiaman.
Permintaan benih sawit dari luar negeri tetap berjalan ke Nigeria, Kamerun, Peru, dan India. Agustiaman menyebutkan perusahaan berupaya menembus ekspor komersial benih ke Malaysia. Walaupun ada permintaan tetapi aturan impor benih sangat ketat di negeri Jiran.
Di dalam negeri, Agustiaman menghimbau bahwa benih sawit Socfindo tidak diperjual belikan di toko online. Selama ini, banyak laporan masuk berkaitan adanya benih palsu dengan merek Socfindo. Benih Socfindo hanya dapat dipesan/diambil melalui seed sales & marketing Socfindo.Itu sebabnya, perusahaan aktif dan rutin mengingatkan konsumen supaya teliti saat membeli benih.
Majalah Sawit Indonesia mengajukan wawancara tertulis kepada PT Socfindo untuk mengetahui perkembangan bisnis benih di sepanjang tahun. Berikut ini jawaban tertulis dengan nara sumber Agustiaman Purba, Seed Sales & Marketing PT Socfindo, sebagai berikut:
Mohon dapat dijelaskan perkembangan penjualan benih sawit Socfindo sepanjang tahun 2022?
Penjualan benih kelapa sawit Socfindo sampai dengan Mei 2022 mengalami peningkatan dibandingkan sampai dengan bulan yang sama pada tahun 2021.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penjualan?
Faktor yang memengaruhi penjualan menurut kami yaitu kondisi harga CPO dan TBS di pasar.
Tahun ini, seperti apa tren permintaan benih sawit Socfindo? Apakah cenderung mencari protasinggi atau moderat toleran ganoderma?
Tahun ini tren permintaan benih sawit Socfindo mengalami peningkatan terhadap semua varietas, baik varietas Lame, Yangambi atau pun Moderat Tahan Ganoderma, yang sama-sama memiliki protas yang tinggi.
Bagaimana upaya Socfindo meningkatkan penjualan benih pada tahun ini?
Upaya meningkatkan penjualan benih tahun ini ditempuh melalui penggiatan promosi bahan tanaman baik di media cetak, media sosial, komunikasi melalui virtual ataupun langsung berinteraksi dengan pelanggan perusahaan atau perorangan.
Hingga akhir tahun 2022, berapa proyeksi produksi dan penjualan benih sawit Socfindo?
Diproyeksikan hingga tahun 2022 penjualan benih sawit Socfindo mencapat 12 juta butir.
Sampai Mei 2022, berapa jumlah penjualan benih sawit Socfindo ?Apakah ada kenaikan dibandingkan periode sama tahun lalu?
Sampai dengan Mei 2022, jumlah penjualan sekitar 4 juta, ada kenaikan dibanding periode sama tahun 2021.
Apakah Socfindo melakukan ekspor benih ke negara lain di tahun ini?
Ya, Socfindo melakukan ekspor benih ke negara lain. Ekspor dilakukan ke Nigeria, Kamerun, Peru, India. Yang masih diusahakan sampai saat ini untuk dapat melakukan ekspor ke negara terdekat yaitu Malaysia. Sampai saat ini belum dapat melakukan ekspor komersial benih kelapa sawit ke negara Malaysia.
Adakah inovasi terbaru Socfindo sebagai Lembaga riset dan juga produsen benih sawit tertua?
Inovasi terbaru dari Socfindo yaitu melakukan percobaan bahan tanaman yang memiliki tingkat ketahanan yang lebih terhadap Ganoderma dari varietas MT Gano yang telah ada saat ini, percobaan bahan tanaman untuk mendapatkan bahan tanaman yang memiliki produksi bunga jantan yang lebih banyak, percobaan bahan tanaman yang memiliki renspons terhadap pemupukan, percobaan terhadap material sawit hasil kultur jaringan.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit indonesia, Edisi 128)