Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL) – KLHK bersama dengan International Tropical Timber Organization (ITTO) menggelar Webinar Seri I dengan tema “Forest and Land Fire Management and Its Potential Contribution In Achieving Indonesia’s Folu Net Sink 2030” secara daring, 8/4/2022. Webinar internasional ini dilaksanakan sebagai langkah penyebaran informasi terkait kebijakan dan implementasi pengendalian karhutla dalam mencapai Folu Net Sink Indonesia 2030..
Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Laksmi Dhewanthi dalam sambutannya mengungkapkan belajar dari kejadian buruk karhutla 2015 Pemerintah Indonesia bersama dengan para pihak berhasil menekan kejadian karhutla. Sesuai dengan arahan presiden Jokowi untuk memperbaiki pola pengendalian karhutla dengan mengutamakan pencegahan karhutla, peningkatan partisipasi masyarakat, serta mengintensifkan sinergi dan koordinasi para pemangku kepentingan.
“Indonesia optimis dalam mencapai Folu Net Sink 2030 karena baiknya kinerja yang berdampak pada penurunan karhutla. Pada tahun 2015 tercatat 2,6 juta hektar karhutla, namun pada tahun 2021 turun menjadi 358.864 hektar atau 86,2% lebih rendah dari tahun 2015,” ungkap Laksmi.
Laksmi mengharapkan seri webinar yang akan digelar selanjutnya bisa memberikan dampak positif dan signifikan dalam pengendalian karhutla di Indonesia.
Pembicara pertama, Belinda Arunarwati Margono, Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan-KLHK, menyampaikan materi tentang “Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 for Controlling Climate Change”.
“Sektor kehutanan merupakan penyumbang terbesar pada target emisi gas rumah kaca dengan 59% dari total Business As Usual (BaU),” terang Belinda.
Belinda menyampaikan tindakan korektif untuk sektor kehutanan yang telah dilaksanakan dalam tujuh tahun terakhir meliputi aktualisasi dan internalisasi prinsip Daya Dukung dan Daya Tampung (DDDT) dalam pemanfaatan dan pemanfaatan kawasan hutan, serta dalam penyusunan revisi Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) sebagai arahan spasial makro untuk pembangunan kehutanan tahun 2011-2030; penurunan signifikan dalam laju deforestasi dan degradasi lahan.
Selain itu tindakan korektif pada sektor kehutanan yang dilakukan adalah mencari solusi permanen pengendalian karhutla dan mengatasi dampak negatifnya terhadap lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat; pencegahan hilangnya keanekaragaman hayati melalui upaya konservasi kawasan dan perlindungan keanekaragaman hayati di dalam dan di luar kawasan konservasi; penyelarasan arah kebijakan KLHK ke depan sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan, SDGs, Paris Agreement Climate Change, Aichi Biodiversity Targets, Land Degradation Control dan berbagai konvensi internasional lainnya; perubahan arah pengelolaan hutan berbasis ekosistem sumberdaya hutan dan berbasis masyarakat; serta pembangunan ketahanan iklim melalui restorasi, pengelolaan dan restorasi lahan gambut, rehabilitasi hutan dan pengendalian deforestasi;
Narasumber kedua, SPM Budisusanti, Direktur Pengendalian Kerusakan Ekosistem Gambut-KLHK menyampaikan materi tentang “Protection and Management of Peatland Ecosystem in Indonesia For FOLU Net Sink 2030. Budisusanti menyampaikan tentang kebijakan pengelolaan dan restorasi gambut serta upaya perlindungan ekosistem gambut untuk pencegahan karhutla.
“Indonesia memiliki 24.667 juta ha lahan gambut, itu merupakan ekosistem lahan gambut tropis terbesar di dunia. 46 gigaton dari karbon disimpan di lahan gambut Indonesia,” jelas Budisusanti.
Budisusanti menambahkan masalah utama ekosistem gambut adalah drainase yang menyebabkan gambut menjadi kering, subsidensi, karhutla, depresi tanah, emisi gas rumah kaca, dan banjir.
Narasumber tarakhir adalah Lailan Syaufina, guru besar IPB University, memberikan mater tentang “Forest and Land Fire Management: Contribution to FOLU Net Sink 2030”. Dalam pemamparannya disampaikan tentang state of the art kebakaran hutan dan lahan Indonesia, upaya pengendalian karhutla, dan potensi kontribusi pengendalian karhutla dalam Indonesia’s FOLU Net Sink 2030
Lailan menyampaikan Folu Net Sink 2030 merupakan bagian dari strategi Indonesia untuk memastikan tercapainya tujuan Paris Agreement yang merupakan perjanjuan menahan kenaikan laju suhu bumi di bawah 1,5 derajat Celcius.
“Indonesia menjaga komitmennya untuk pencapaian lebih lanjut dalam restorasi ekosistem, termasuk restorasi ekosistem lahan gambut. Indonesia telah menetapkan standar pencapaian restorasi gambut melalui Restorasi Fungsi Hidrologis, revegetasi, dan suksesi alam, dengan melibatkan semua pihak (pemerintah, swasta dan masyarakat lokal),” jelas Lailan.
Sebagai penutup Lailan mengungkapkan kesiapan berbagi pengalamannya dalam perlindungan dan pengelolaan lahan gambut di Indonesia ke negara lain sebagai tindakan koheren dalam mengurangi perubahan iklim global.
Jalannya webinar yang dimoderatori oleh Vania Herlambang, Putri Indonesia Lingkungan 2018, berjalan dengan banyak pertanyaan oleh peserta. Peserta yang hadir lebih dari 690 peserta yang bergabung melalui zoom dan kanal youtube. Peserta berasal dari unsur pemerintahan, akademisi, peneliti, sektor swasta, NGO, maupun masyarakat umum yang berasal dari Indonesia, Belanda, Malaysia, dan Timor Leste.
Sumber: sipongi.menlhk.go.id