JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Polemik EU Deforestation Free Regulation (EUDR) telah berlangsung selama empat bulan terakhir ini. Kebijakan Uni Eropa ini dinilai akan mempersulit ekspor produk sawit Indonesia dan sejumlah komoditas lain seperti karet, kopi, kakao dan produk kayu. Namun sampai Juni kemarin, ekspor sawit ke Uni Eropa tetap meningkat. Kok bisa?
Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menunjukkan ekspor ke negara-negara Uni Eropa justru meningkat 23,6% menjadi 311,4 ribu ton pada Juni 2023 dari 251,9 ribu ton pada Mei 2023.
“Terlepas dari adanya polemic EUDR, ekspor sawit Indonesia ke Uni Eropa tetap naik. Kalau dilihat secara Year to Date (YTD) Juni 2023, ekspor ke EU tumbuh 13% yakni mencapai 1,979 juta ton dari periode sama tahun lalu berjumlah 1,751 juta,” ujar Mukti Sardjono, Direktur Eksekutif GAPKI, dalam siaran pers yang diterima redaksi, Kamis (24 Agustus 2023).
Walaupun demikian, merujuk kepada siaran pers GAPKI di bulan Juli 2023 dijelaskan bahwa ekspor produk sawit ke Eropa sempat anjlok 64% menjadi 251,9 ribu ton untuk bulan Mei.
Selain Eropa, pasar tradisional sawit Indonesia juga meningkatkan pembelian antara lain China, India, Pakistan, dan Amerika Serikat. Kenaikan ekspor terbesar terjadi untuk tujuan China, India dan Pakistan yang masing-masing naik sebesar 391,6 ribu ton, 390,6 ribu ton dan 133,0 ribu ton. Kenaikan ekspor juga terjadi untuk tujuan USA sebesar 35,5% menjadi 197,3 ribu ton pada Juni 2023 dari 145,6 ribu ton pada Mei 2023.
Secara keseluruhan, total ekspor bulan Juni 2023 mencapai 3,45 juta ton atau meningkat 54,7% dibandingkan ekspor Mei 2023 sebesar 2,23 juta ton.