Tiga perusahaan sawit melesat pendapatannya sepanjang 2020. Ditopang membaiknya harga sawit di semester kedua tahun lalu.
PT Astra Agro Lestari Tbk membukukan kenaikan pendapatan sepanjang 2020 sebesarRp 18,8 triliun. Pendapatan ini meningkat 7,8% dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp 17,45 triliun. Produk CPO tetap menjadi andalan perusahaan.
Emiten berkode AALI ini menikmati berkah membaiknya harga CPO di semester kedua 2020. “Faktor harga inilah yang mendukung pendapatan dan laba perusahaan,” ujar Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk, Santosa, dalam Public Expose usai Rapat Umum Pemegang SahamTahunan (RUPST) yang digelar secara virtual, Rabu (14/4/2021).
Merujuk laporan tahunan perusahaan, Harga jual rata-rata CPO international naik 26,3% menjadi USD 715/Ton di tahun 2020 dari USD 566/Ton di tahun 2019 dan berdampak pada meningkatnya harga jual CPO Perseroan sebesar 27,8% menjadi Rp 8.545/Kg di tahun 2020 dari Rp 6.689/Kg di tahun 2019.
Kenaikan tersebut membawa dampak yang sangat positif pada total pendapatan serta profitabilitas Perseroan. Pendapatan Perseroan mengalami kenaikan sebesar 7,8% dariRp 17,45 triliun pada tahun 2019 menjadi Rp 18,81 triliun pada tahun 2020. Laba operasional Perseroan mengalami kenaikan sebesar 91,8% dari Rp 960 miliar pada tahun 2019 menjadi Rp 1,84 triliun pada tahun 2020. Secara keseluruhan, perseroan dapat mencatat kenaikan laba bersih dari Rp 211,1 miliar pada tahun 2019 menjadi Rp 833,1 miliar pada tahun 2020
Dari segmen produk, perseroan tetap mengandalkan penjualan minyak sawit dan turunannya sebesar Rp 17,37 triliun. Sementara itu, produk kernel dan turunannya berkontribusi Rp 1,30 triliun. Sisanya bersumber dari pendapatan lain.
Tren harga positif menjadi penopang ditengah lesunya volume penjualan produk minyak sawit perseroan sepanjang 2020. Dari segi volume, perseroan telah mencatat penjualan CPO pada tahun 2020 sebesar 1,50 juta ton atau turun sebesar 13,9% dari tahun 2019 sebesar 1,74 juta ton. Penurunan tersebut diikuti dengan penurunan penjualan produk turunan CPO sebesar 12,7% dari 605 ribu ton di tahun 2019 menjadi 528 ribu ton di tahun 2020.
Turunnya penjualan dipengaruhi merosotnya Produksi CPO juga mengalami penurunan dari 1.6 juta ton pada tahun 2019 menjadi 1.4 juta ton di tahun 2020, atau turun 13,6%. Hal yang sama juga terjadi pada produksi olein yang turun 6,9% dan kernel turun 12,6%.
Perusahaan juga mencatat produksi tandan buah segar (TBS) menjadi 4,6 juta ton pada 2020 atau turun 7,7%, dari 5 juta ton pada 2019. ”Faktor cuaca sangat mempengaruhi produksi. Termasuk di tahun ini dalam jangka pendek, sulit lakukan prediksi naik dan turun. Berbicara tanaman, sangat sulit memprediksi peningkatan produksi secara mendadak. Banyak faktor yang mempengaruhinya,” ujar Santosa.
Ia menambahkan perseroan berupaya menjaga produksi sawitnya melalui serangkaian program di bidang riset. Upaya ini dibarengi dengan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Tujuannya agar tidak mengurangi produksi itu dalam jangka pendek dan menengah.
“Apa bila dilihat dari faktor absolutnya sangat banyak faktornya. Paling utama berkaitan perubahan cuaca baik kekeringan dan terlalu basah juga bisa mempengaruhi,” bebernya.
Perseroan menjual produknya di dalam negeri dan luar negeri. Untuk produk turunan kelapa sawit, ada pula yang dijual keluar negeri seperti Tiongkok, Korea Selatan, India, Banglades, Filipina, Pakistan, Singapura dan Kenya.
“Segmen refineri ini satu rangkaian dari produk awal sampai akhir berupa olein dan turunan. Dalam kondisi tertentu, margin (produk turunan) bisa tidak terlalu bagus karena dipengaruhi pajak di dalam negeri dan kebijakan negara tujuan ekspor. Tahun lalu, margin (produk turunan) lumayan bagus. Namun dalam kondisi tertentu, perlu dijalankan strategi shifting,” ungkapnya.
Laba DSN Tumbuh 168%
PT Dharma Satya Nusantara Tbk (“Perseroan”, “DSNG”) membukukan laba tahun 2020 sebesar Rp 478 miliar, naik 168% dibandingkan laba tahun 2019, menyusul kenaikan harga rata-rata CPO Perseroan pada tahun 2020 lalu.
DSNG pada hari ini merilis Laporan Keuangan Konsolidasian yang diaudit untuk periode 31 Desember 2020. Pada tahun 2020, DSNG memperoleh total penjualan sebesar Rp 6,7 triliun, naik 17% dibandingkan tahun 2019. Dari total penjualan tersebut, penjualan dari segmen kelapa sawit mencapai Rp 5,7 triliun atau naik 20% dibandingkan 2019.
Direktur Utama DSNG, Andrianto Oetomo, mengatakan penurunan tajam produksi TBS pada kuartal III tahun 2020 di hampir seluruh wilayah Malaysia dan Indonesia, tidak terkecuali di wilayah operasi Perseroan di Kalimantan, merupakan dampak dari rendahnya curah hujan yang disebabkan oleh El-Nino yang terjadi di tahun 2019, sehingga mendorong kenaikan harga CPO yang signifikan di tahun 2020 hingga mencapai harga tertinggi dalam 8 tahun terakhir. Namun, produksi TBS Perseroan telah pulih pada kuartal IV 2020 mendekati tingkat produksi di kuartal IV tahun 2019 dan 51% lebih tinggi dibandingkan produksi di kuartal III tahun 2020.
(Selengkapnya dapat di baca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 114)