Jakarta, SAWIT INDONESIA – Kabar pelantikan Elia Massa Manik , Direktur Utama PTPN III Holding, sebagai Dirut baru Pertamina semakin santer menjelang Rapat Pemegang Umum Saham Pertamina, pada Kamis besok (16/3). Sejumlah media online nasional ramai-ramai memberitakan penunjukan mantan Dirut Elnusa untuk menakhodai Pertamin.
Tim Redaksi Sawit Indonesia berupaya mengonfirmasi kabar ini kepada jajaran direksi PTPN III Holding. Nurhidayat, Direktur PTPN III Holding, menyatakan tidak tahu kabar pelantikan Elia Massa sebagai Dirut Pertamina. “Belum tahu,” ujarnya singkat dalam layanan pesan WhatsApp, Kamis (15/3).
Namun sumber Majalah SAWIT INDONESIA yang enggan disebutkan namanya, memastikan kebenaran informasi penunjukan Elia Massa menjabat Dirut Pertamina. “Beliau lapor dengan saya (terkait informasi penunjukan dirut Pertamina). Jadi confirmed,” kata narasumber yang menjabat sebagai Komisaris PTPN III Holding ini.
Apabila benar ditetapkan menjadi Dirut Pertamina, Elia Massa Manik akan meninggalkan PTPN III Holding yang baru dijabatnya 11 bulan. Dibawah kepemimpinannya, PT Perkebunan Nusantara III (Holding Perkebunan Nusantara) membukukan laba konsolidasi pada Januari 2017 sebesar Rp 38 miliar. Jumlah ini meningkat tajam dibandingkan periode yang sama tahun lalu di angka kerugian Rp 264 miliar.
Sejumlah gebrakan dibuat Elia Massa Manik seperti program restrukturisasi keuangan dan penghematan jumlah direksi menjadi 3 orang.
Selain itu, dalam wawancara dengan SAWIT INDONESIA, Elia Massa menyebutkan pembenahan industri agro mesti ditempuh tiga langkah bersamaan yaitu usaha hulu, medium dan hilir. Di sektor upstream (hulu) harus efisien. Down stream (hilirisasi) akan berhasil juga upstrem efisien. Ini tantangan dalam menjalankan holding agro. Apabila tidak bisa efisien forget it, Hilir akan mati. Saat ini, 95 persen PTPN bergerak pada di hulu dengan dominasi industri kelapa sawit, maka yang perlu dikejar dan digenjot dari sisi kapasitas.
Strategi lain membuat perubahan dari top management. Biar bagaimanapun leader menjadi role model. Dengan memperbaiki role model, saya yakin proses percepatan dan perbaikan jauh lebih cepat baru kita paralel membangun sistem. Makanya, kita akselerasi proses integrasi sistem pada akhirnya dapat dilakukan kontrol dengan integrated sistem.