Jakarta, Sawit Indonesia – Ekonom menilai tanda-tanda pelemahan ekonomi Indonesia mulai tampak dari data ekspor-impor Indonesia di awal tahun i ni. Menurunnya angka impor dan ekspor RI selama awal tahun ini menandakan kondisi ekonomi sedang tak baik-baik saja.
“Kondisi impor turun dan ekspor turun, artinya ekonomi Indonesia mengalami perlambatan,” kata Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti saat dihubungi, Rabu, (19/6/2024).
Esther menilai pelemahan ekonomi ini terjadi karena faktor internal maupun global. Dia mengatakan dari sisi domestik, ekspor Indonesia masih didominasi komoditas mentah. Alhasil, nilai tambah pada ekspor Indonesia masih minim.
Sementara dari global, dia menilai konflik geopolitik yang terjadi mengakibatkan permintaan global terhadap produk-produk Indonesia menjadi berkurang.
“Faktor global karena konflik geopolitik mengakibatkan distribusi barang terhambat dan suplai barang di pasar berkurang,” kata dia.
Sebelumnya, BPS merilis data neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 masih mengalami surplus sebesar US$2,93 miliar. Hasil tersebut berasal dari selisih ekspor US$ 22,33 miliar dan impor US$ 19,40 miliar.
Nilai impor Mei 2024 naik secara bulanan sebesar 14,40%, namun turun secara year-on-year sebesar 8,83%. Apabila dilihat dari tahun kalender berjalan, nilai impor Januari-Mei juga mengalami penurunan 0,42%.
Sementara itu, ekspor Indonesia secara kumulatif mengalami penurunan 3,52%. Penurunan secara year-to-date ini terutama terjadi pada komoditas nonmigas. Meski demikian, secara year-on-year ekspor Indonesia masih positif 2,86%.
Ekonom senior dan associate Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto menilai masih terlalu dini menilai perekonomian Indonesia mulai melemah. Dia mengatakan impor ke Indonesia biasanya melonjak karena faktor musiman, seperti menjelang Idul Fitri atau Natal.
“Jadi pembelian barang-barang, bahan baku, bahan mentah dan setengah jadi sudah dikerjakan antara bulan Februari dan Maret lalu,” kata dia.
Dia mengatakan penurunan impor 8,83% pada Mei 2024 ini masih normal. Toh angka Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia, kata dia, juga masih di level ekspansif.
Meski demikian, Ryan mengatakan pemerintah perlu memperhatikan penurunan ekspor ini. Menurut dia, apabila pelemahan impor ini terjadi dalam waktu 3 sampai 6 bulan ke depan, bisa-bisa pelemahan ekonomi Indonesia memang sedang benar terjadi.
“Kita tunggu 3 sampai 6 bulan ke depan, tapi perkiraan saya pertengahan Juli dan Agustus ini akan naik lagi,” katanya.
Sumber: cnbcindonesia.com