Tim Konsorsium Plasma Nutfah Sawit mendapatkan material hybrid varietas oleifera dari Kolombia dan Ekuador. Material ini punya karakteristik pertumbuhan tinggi tanaman lebih lambat dan tahan serangan penyakit busuk pucuk.
Indonesia boleh menyandang predikat produsen sawit nomor satu dunia. Tetapi berbicara keragaman material genetik, Indonesia jauh ketinggalan dari Malaysia yang menempati posisi kedua. “Malaysia sudah eksplorasi material genetik dari tahun 1980. Kalau kita mulai tahun 2008 ke Kamerun,” ucap Dwi Asmono, Direktur PT Sampoerna Agro Tbk.
Menurut Dwi Asmono, Indonesia secara resmi baru dua kali mencari plasma nutfah ke negara lain. Eksplorasi pertama pada 2008 ke Kamerun. Tim eksplorasi terdiri dari Indra Syahputra (Socfindo), Ang Bon Bang (Asian Agri), Abd. Razak Purba (IOPRI), Abd.Kohar (Lonsum). Jumlah aksesi yang mereka peroleh sebanyak 135 aksesi.
Pada 2011, pencarian material genetik ke Angola bekerjasama dengan Malaysian Palm Oil Board (MPOB). Dari negara ini, Indonesia mendapatkan 105 aksesi.
Setelah tahun 2011, kalangan produsen benih memendam niat untuk memperoleh material genetik dari kawasan Amerika Selatan khususnya Brazil. Indra Syahputra, Head of Seed Production & Laboratorium PT Socfindo menceritakan di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono upaya membangun komunikasi melalui antar pemerintah sudah dibangun supaya lebih mudah mendapatkan plasma nutfah sawit di Brazil.
“Sayangnya Brazil menolak permintaan ini. Permintaan eksplorasi dijajaki ke negara lain seperti Kolombia, Ekuador, dan Suriname tetapi hasilnya nihil. Negara di kawasan ini sangat memproteksi germplasm yang dimilikinya,” jelas Indra kepada Sawit Indonesia.
Lantaran, produsen fokus meminta eksplorasi ke negara-negara Amerika Latin. Sepanjang 2011-2015, sama sekali tidak ada eksplorasi plasma nutfah ke negara lain. “Salah kami juga harusnya selama waktu tadi bisa ke negara lain di Afrika,” tuturnya.
Memasuki akhir tahun 2016, produsen benih yang tergabung dalam Konsorsium Plasma Nuftah Sawit berinisiatif menjajaki pembelian hybrid oleifera di Kolombia dan Ekuador. Berbeda dengan eksplorasi ke negara Afrika, kali ini plasma nuftah oleifera yang diperoleh tidak murni (blood) melainkan bersifat komersil.
(Ulasan lengkap silakan baca Majalah SAWIT INDONESIA Edisi 15 Januari 2016 – 15 Februari 2017)