JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Keberadaan gulma dengan populasi yang cukup tinggi dapat mengakibatkan kerugian besar bagi petani karena dapat menurunkan produksi tanaman hingga 50%, menurunkan mutu tanaman, dan atau menimbulkan keracunan bagi tanaman utama.
Penggunaan Herbisida menunjukkan hasil pengendalian gulma yang lebih efektif dan efisiendan meningkatkan hasil panen pada tanaman budidaya dibandingkan dengan penyiangan manual. Penggunaan herbisida dianggap lebih praktis dan menguntungkan dibandingkan metode yang lain, terutama ditinjau dari segi penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit serta pelaksanaan yang relatif lebih singkat. Untuk itu, herbisida sangat dibutuhkan oleh petani di Indonesia tidak hanya dalam upaya mengatasi pertumbuhan gulma, tetapi juga membantu meningkatkan efisiensi biaya produksi.
Parakuat diklorida (parakuat) merupakan salah satu jenis herbisida kontak yang telah digunakan secara luas oleh petani di Indonesia. Jenis herbisida ini berspektrum luas yang umumnya diaplikasikan pada tanaman pasca tumbuh. Herbisida parakuat mampu memperbaiki sifat kimia tanah, meningkatkan persentase pengendalian gulma dan menurunkan bobot kering gulma. Pertanian budidaya yang menggunakan parakuat dalam jumlah besar di Indonesia adalah sawit, karet, kakao, padi, dan jagung.
Dampak ekonomi parakuat tidak hanya dirasakan secara langsung oleh petani pengguna saja, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi para pedagang atau distributor pestisida di seluruh Indonesia dalam bentuk margin perdagangan. Distribusi parakuat ke seluruh lokasi sentra produksi pertanian, menggambarkan rantai pasok produk parakuat dari produsen ke petani, dan margin perdagangan yang diperoleh pedagang atau distributor pestisida.
Mengingat kontribusi positif parakuat, beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengkaji kontribusi parakuat terhadap struktur pendapatan rumah tangga petani dan aktor ekonomi pertanian lainnya, serta memperkenalkan teknologi Closed Loop Knapsack System (CLKS) yang merupakan teknologi baru dalam pengaplikasian pestisida. Hasil dari berbagai penelitian tersebut disampaikan dalam kegiatan seminar sehari yang bertemakan “Economic Contribution and New Safe Application Technique of Paraquat Herbicide in Indonesia” yang diadakan di Bogor pada 23 Mei 2022. Seminar ini diselenggarakan oleh The International Society for Southeast Asian Agricultural Sciences (ISSAAS) secara tatap muka (offline) dan menghadirkan para peneliti dan praktisi pertanian. Seminar ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pemangku kepentingan terhadap kontribusi ekonomi herbisida parakuat dan perbaikan untuk aplikasi pestisida yang lebih aman dengan teknik aplikasi yang baru.
Acara dibuka oleh Ir. Ali Jamil, MP, Ph.D, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, yang diwakili oleh Lolita Tasik Taparan, Kepala Subdirektorat Pestisida dari Kementerian Pertanian. Dalam sambutannya Beliau menyambut baik diadakannya seminar ini, karena herbisida parakuat berkontribusi dalam menggerakkan perekonomian dalam sistem distribusi dan memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional, serta berkorelasi positif terhadap pertumbuhan sektor hulu dan hilirnya. Dari sisi ekonomi, perdagangan parakuat tercatat masih memberikan penambahan nilai devisa pada perekonomian Indonesia.
Oleh karena itu, hasil-hasil studi dan penelitian yang dipaparkan di dalam seminar hari ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang manfaat penggunaan parakuat bagi rumah tangga pertanian serta aktor dalam mata rantai perekonomian pertanian. Teknologi pertanian yang dapat membantu perbaikan dalam menjaga kesehatan petani dan keamanan pangan pun harus terus didorong pengembangannya, agar pertanian yang berkelanjutan dapat diciptakan. Pemerintah menyambut baik munculnya inovasi-inovasi baru bagi pertanian di Indonesia, seperti misalnya alat aplikasi yang didesain untuk melindungi keamanan pengguna, efektif, dan efisien dalam upaya pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dan peningkatan produktivitas pertanian.
Dr. Adi Hadianto, Ekonom dari IPB University dalam paparannya mengungkapkan hasil penelitiannya tentang nilai ekonomi parakuat dalam struktur pendapatan rumah tangga petani dan distributor pestisida di Indonesia. Petani responden dalam penelitian ini merupakan petani jagung, kakao, padi pasang surut, padi, dan kelapa sawit yang tersebar di wilayah Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi parakuat terhadap pendapatan usahatani dan pendapatan total rumah tangga petani sawit, kakao, padi dan jagung cukup besar.
Kontribusi parakuat terhadap usahatani tertinggi adalah pada komoditas kakao (46,2 %), diikuti oleh jagung (35,3%), sawit (23,8), dan padi (19,2). Kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga petani secara keseluruhan tertinggi pada komoditas jagung (27,7%), diikuti sawit (19,5%), kakao (19,4%), dan terendah pada komoditas padi (11,2%)., sedangkan, hasil survei retailer pestisida di delapan (8) provinsi dan 12 kabupaten, proporsi penjualan herbisida terhadap jenis insektisida lainnya cukup besar (sekitar 47 persen). Kemudian, penggunaan parakuat dapat menghemat HOK pada sawit 74%, kakao 76%, jagung 77%, dan padi 86%. Sementara itu penghematan dari biaya tenaga kerja pada sawit, kakao, jagung dan padi berturut-turut 44%, 38%, 60% dan 68%. Hal ini menunjukan adanya transformasi pertanian di Indonesia. Kontribusi parakuat pada pendapatan pedagang herbisida pada wilayah survei rata-rata sebesar 14%.