JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Pelaku sawit di bawah naungan Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) menyayangkan sikap RSPO dan Greenpeace yang mendukung resolusi sawit Uni Eropa.
“Kami menyayangkan pernyataan RSPO dan Greenpeace yang mendukung resolusi sawit Uni Eropa. Kalau mereka dukung buat apa sertifikasi yang selama ini dilakukan,” kata Paulus Tjakrawan, Ketua Bidang Investasi DMSI, di Jakarta, Selasa (11/4/2017).
Menurut Paulus, Indonesia saat ini telah menjadi negara dengan jumlah produksi sawit bersertifikat RSPO sangat besar. Dengan menyetujui resolusi, mereka sama saja mendukung penghentian pemakaian palm oil untuk biodiesel pada 2020. “Jika ini yang terjadi buat apa ada RSPO?” tanya Paulus.
Sebelumnya dalam keterangan resmi RSPO disebutkan forum meja bunda pemangku sawit ini menyetujui sikap parlemen Uni Eropa. RSPO juga memiliki pandangan yang sama dengan Parlemen mengenai adanya urgensi untuk memastikan bahwa minyak kelapa sawit disertifikasi agar dapat diproduksi berdasarkan kriteria lingkungan dan sosial yang ketat.
“Sebagai standar yang diterima secara global dan inisiatif multipihak internasional, RSPO berada di posisi yang baik untuk merespon resolusi ini. Kami nantikan untuk melanjutkan kerjasama dengan Uni Eropa di dalam pendekatan global untuk mengatasi isu yang dihadapi,” jelas Danielle Morley, Direktur Outreach and Engagement RSPO dalam siaran persnya.
Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif GAPKI, meminta perusahaan sawit tidak perlu lagi terlibat dalam proses sertifikasi sawit global seperti RSPO. “Buat apa keluar duit banyak untuk sertifikasi kalau keluar resolusi ini,”tegas Fadhil.
Greenpeace dalam keterangan resmi menyatakan langkah parlemen Uni Eropa sangat tepat untuk bertanggungjawab terhadap proses penghentian deforestasi, dan betapa pentingnya hal ini untuk tindakan iklim dan pembangunan berkelanjutan.
Dalam kesempatan terpisah, Anggota Komisi IV DPR dari Fraksi Golkar Firman Subagyo menduga, tidak tertutup kemungkinan adanya peran pengkhianat bangsa dalam mensuplai informasi atau data sawit di Indonesia.
Yang disayangkan, kata Firman pengkhianat tersebut, gencar melakukan kampanye hitam terhadap industri sawit di Indonesia.