JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Dubes Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Piket menepati janjinya untuk berkunjung ke Riau. Janji ini diungkapkannya setelah pertemuan dengan APKASINDO (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia) yang difasilitasi Jend. TNI (Purn) Moeldoko, Kepala Kantor Staf Kepresidenan RI, pada 8 November 2021.
Setibanya di Pekanbaru, Rombongan Dubes langsung dijemput oleh Ketua Umum DPP APKASINDO, Dr Gulat Manurung, MP.C.APO, yang di dampingi Mayjend TNI Purn Erro Kusnara, S.IP mewakili dewan Pembina.
“Setelah landing di Pekanbaru, rombongan Dubes Uni Eropa langsung melakukan diskusi tertutup di ruangan VVIP Lancang Kuning SSQ II Pekanbaru. Hampir 2 jam diskusi tersebut langsung,” ujar Gulat Manurung.
Dalam pertemuan tersebut, Gulat menceritakan banyak hal yang menjadi topik pembicaraan terkhusus mengenai sejauh mana dampak ekonomi, sosial terhadap masyarakat petani dan masyarakat Indonesia pada umumnya dan bagaimana cara petani menjaga kelestarian lingkungan, termasuk kebakaran lahan dan komitmen petani untuk meningkatkan produktivitas dengan konsep intensifikasi melalui PSR (Peremajaan Sawit Rakyat).
“Setelah diskusi terbatas tersebut, rombongan Dubes langsung saya antar ke rumah dinas Gubernur Riau untuk melanjutkan pembicaraan hubungan kenegaraan,” jelas Gulat.
Atas undangan petani APKASINDO Riau, pada malam harinya ((15/11) pertemuan dengan Dubes Uni Eropa dilanjutkan dengan dialog dan jamuan makan malam yang sudah dipersiapkan oleh DPW APKASINDO Riau.
K.H Suher, Ketua DPW APKASINDO Riau menjelaskan bahwa pertemuan tersebut berlangsung dengan penuh kekeluargaan. Petani sawit Indonesia menginginkan kerja sama ekonomi dan perdagangan dengan Uni Eropa berlangsung adil, tidak diskriminatif, dan terbuka, terutama terkait perdagangan minyak sawit Indonesia, ujar KH Suher.
Menanggapi pernyataan KH Suher, Dubes Uni Eropa, Vincent Piket, menjelaskan bahwa sebelumnya saya berfikir sawit hanyalah sebuah tumbuhan, tapi ternyata itu adalah sumber penghidupan bagi kalian. Pernyataan ini dijelaskannya dihadapan Ketua-Ketua APKASINDO yang hadir langsung dari 11 DPD Kabupaten Kota se-Riau.
“Kita mengetahui sejarah deforestasi tahun 90 an di Indonesia, banyak orang yang menghubungkan ini dengan deforestasi untuk sawit dan kita harus berupaya untuk membangun kembali reputasi kelapa sawit di mata Uni Eropa dan dunia dan ini bukan pekerjaan yang mudah,” lanjut Vincent.
Vincent menjelaskan seperti diceritakan Gulat bahwa Uni Eropa bukan sebuah organisasi yang terafiliasi dengan NGO. Sebab Uni Eropa adalah organisasi perwakilan pemerintah 27 negara di kawasan eropa dan Uni Eropa selalu mengedepankan fairness dan objektifitas yang berdasarkan penelitian ilmiah dan bertanggungjawab.
Isu bahwa Uni Eropa menolak kelapa sawit. Sesungguhnya tidak benar karena faktanya Eropa merupakan pembeli sawit indonesia terbesar ketiga di dunia karena kami sangat mengetahui manfaat dari sawit, untuk bahan coklat, obat obatan, minyak goreng dan masih banyak lainnya.
Dijelaskan Vincent bahwa Uni Eropa sangat memerhatikan penggunaan minyak sawit untuk bahan bakar (biodiesel) yang saat ini Indonesia sedang membawa hal ini ke WTO. Tetapi untuk minyak sawit mentah (CPO), Kami membutuhkannya seperti yang saya sampaikan sebelumnya.
Dijadwalkan pada Rabu mendatang, /11/2021) EU Commission akan mengeluarkan UU terkait penyelesaian permasalahan deforestasi yang bukan berfokus pada masa lalu. Tetap melihat kepada hari ini dan masa depan, dan di dalam undang undang ini juga akan mendorong non diskriminasi terhadap minyak nabati yang diproduksi didalam uni eropa atau diluar Uni Eropa. Apakah itu rapeseed, soya, kelapa sawit dan lainnya. Kita harus memiliki definisi yang sama tentang apa yang dinamakan deforestasi dan kami sangat memahami begitu pentingnya sawit bagi Indonesia,” ujar Vincent.
Menanggapi peryantaan dari Vincent tersebut, Dr. Gulat Manurung mengatakan sangat menghargai statemen Uni Eropa memandang Indonesia sebagai Produsen sawit terbesar di dunia. Pernyataan tersebut tidak mempermasalahkan masa lalu deforestasi dan memandang kedepannya adalah hal yang sangat baik bagi politik dagang Indonesia di dunia internasional.
“Dan saya berharap kedepannya jangan justru kita bangsa Indonesia yang sibuk mengotak-atik dengan istilah defoestasi, karena negara Uni Eropa saja sudah komitmen memandang ke depannya,” ujar Gulat.
Hal yang menarik adalah ketika APKASINDO diberikan akses khusus ke Dubes Uni Eropa untuk setiap saat berkomunikasi membicarakan isu berkembang tentang sawit, langsung disepakati oleh Vincent dan berharap komunikasi intens dan berimbang sangat diharapkan dari APKASINDO yang ternyata organisasi sangat besar di 22 Provinsi Indonesia.