Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) bermanfaat sebagai bahan baku rompi anti peluru. Proses pembuatannya melibatkan kalangan UMKM.
Di tangan Siti Nikmatin, limbah tandan kosong bisa bernilai tambah. Proses pembuatan rompi anti peluru dapat memanfaatkan limbah tandan kosonng menjadi bahan bakunya. Untuk berbagi manfaat tandan kosong sawit, Siti Nikmatin menggandeng pelaku usaha mikro, kecil dan menengah dalam pembuatannya. Pelaku usaha dilibatkan pada proses pembuatan bahan serat Rompi Anti Peluru dari TKKS. Hal itu, diungkapkan dalam sambungan telepon saat dihubungi redaksi Majalah Sawit Indonesia pada awal Oktober.
“Sebenarnya bisa melakukan sendiri proses pembuatan bahan baku rompi anti peluru dari tandan kosong sawit. Tetapi kami ingin mentransfer knowledge, dengan melibatkan dan menumbuhkembangkan UMKM (pengrajin). Sebab, Perguruan Tinggi (PT) memiliki peran pengabdian padamasyarakat untuk tumbuh dan berkembang,” ujar Nikmatin, sapaan karib Siti Nikmatin.
Siti Nikmatin adalah Peneliti IPB University dari Depatemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMPA) yang mengembangkan penelitian lanjutan memanfaatkan serat dari TKKS sebagai bahan baku Rompi Anti Peluru.
Pembuatan bahan baku Rompi Anti Peluru dari TKKS melibatkan Bintang Terang Putra selaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dari Majalaya, Bandung dan Kelompok Tani Muda Manunggal Alam dari Desa Wirjaya Jasinga, Bogor. Kedua, UMKM itu dilibatkan dalam proses pembuatan TKKS dibuat menjadi serat yang disusun.
Selanjutnya, Nikmatin menjelaskan awal mula pembuatan Rompi Anti Peluru dari TTKS merupakan kelanjutan dari riset pembuatan helm filer dari TTKS. “Lalu terpikir, tankos (TTKS) mampu menyerap energi kinetik namun kemampuan peningkatan inti terkait dengan modifikasi. Pada dasarnya TKKS memiliki kemampuan itu, tinggal bagaimana memodifikasi untuk peningkatan energi kinetiknya,” jelasnya.
Oleh sebab itu, tambah Nikmatin, melakukan riset untuk merekayasa dan memodifikasi TKKS untuk Rompi Anti Peluru. “Kenapa rompi anti peluru? Saya pikir rompi anti peluru sebagai salah satu sarana pertahanan negara, bahan bakunya 100% impor, tetapi pembuatannya bisa di dalam negeri. Artinya, pembuatan rompi anti peluru TKDN bisa di atas 50% ada di dalam negeri namun bahan bakunya 100% impor. Untuk bahan baku rompi anti peluru sebisa mungkin berasal dari lokal karena masih banyak potensi dari dalam negeri yang masih dapat dikembangkan salah satunya serat Tandan Kosong Kelapa Sawit,” lanjutnya.
Sebelumnya, perempuan berdarah Jawa ini berhasil membuat helm Green Composite (GC) menggunakan filer pada ukuran mikropartikel. Kemudian, melanjutkan riset serat TKKS ternyata memiliki potensi yang juga mampu menyerap energi pada laju yang sangat tinggi pada saat tumbukan. “Kemudian, ide tersebut berkembang untuk membuat diversifikasi produk berbahan serat TKKS woven pada aplikasi bahan anti peluru,” ucap Nikmatin.
Meskipun saat ini sudah berhasil membuat Rompi Anti Peluru selama 2 tahun, namun bukan berarti proses pembuatannya tidak menghadapi tantangan. Tantangan yang dihadapi saat treatmen bahan baku dan proses pengujian. Sebagai tambahan informasi, proses pengembangan risetnya mendapat support dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP KS).
Lebih lanjut, Nikmatin menambahkan alat yang digunakan masih konvensional prosesnya masih Hand made. Bahan baku yang digunakan dari serat panjang yang ada di tandan kosong kelapa sawit yang berada di sekitar kebun kelapa sawit milik PTPN II yang ada di Majalaya.
(Selengkapnya dapat di baca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 108)