Kegiatan riset memberikan pengaruh sangat besar bagi kemajuan industri kelapa sawit domestik. Semakin banyak hasil penelitian yang diberikan akan berdampak positif terhadap produk kelapa sawit di pasar global. Tentu saja, diperlukan hasil penelitian yang dapat diterapkan pelaku industri. Sayangnya, jumlah peneliti di sektor kelapa sawit masih terbilang sedikit sehingga hasil riset yang dihasilkan belum optimal mendukung industri sawit.
Tim redaksi SAWIT INDONESIA berkesempatan mewawancarai Haryono, Kepala Balitbang Kementerian Pertanian sehari sebelum puasa dimulai. Dalam wawancara ini, lulusan Institut Pertanian Bogor yang menjabat pula Ketua Komisi Teknis Pangan dan Pertanian Dewan Riset Nasional ini banyak menjelaskan perkembangan penelitian di Indonesia terutama kelapa sawit. Berikut ini petikan wawancara kami:
Untuk industri kelapa sawit, kemana arah kegiatan riset lembaga penelitian pemerintah yang berada di bawah naungan Balitbang Pertanian?
Arah kegiatan riset lembaga penelitian pemerintah yang dibawah naungan Balitbang Pertanian, seperti telah diketahui kegiatan riset kelapa sawit sudah semenjak lama dibangun pemerintah dilakukan oleh PPKS di Medan. Kendati saat ini, PPKS berada dalam lingkup PT Riset Perkebunan Nusantara, anak perusahaan BUMN perkebunan tetapi koordinasi riset tetap dilakukan Balitbang Pertanian.
Arah kegiatan riset kelapa sawit adalah penguatan di hilir dan intensifikasi teknologi di hulu dan on-farm. Dari sisi teknologi bahan tanam/pemuliaan, teknis budidaya dan proteksi tanaman, panen dan pengolahan, dan aspek lingkungan. Itu sebabnya, PPKS telah menjadi rujukan nasional dan internasional.
Balitbang Pertanian sekarang ini sedang mengelola kebun plasma nutfah kelapa sawit yang terbaik di dunia. Luas lahannya sekitar 100 hektare yang telah memiliki koleksi 99 aksesi dari Kamerun dan 105 aksesi berasal dari Angola. Lalu, ada pula 20 varietas unggul dari sepuluh produsen benih sawit. Lokasi kebun plasma nutfah ini berada di Sitiung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat.
Hal ini merupakan bagian dari kegiatan riset materi genetik yang bermanfaat untuk memetakan riset dari tanaman termasuk sawit. Tentu saja, penelitian ini dapat mengetahui karakter dari varietas yang ada.
Sejauh mana kemajuan riset sawit di indonesia?
Ada peningkatan riset sawit dan tidak mungkin Indonesia menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia tanpa didukung oleh teknologi. Maka peran riset mesti ditingkatkan supaya Indonesia harus mengejar riset di sektor hilir sawit karena ketinggalan dengan Malaysia dan menunjang visi industri sawit ke depan.
Kegiatan riset di industri kelapa sawit adalah kegiatan yang padat teknologi dengan teknologinya masih banyak dibawa oleh investor di industri hilir. Kita masih harus menguatkan kegiatan riset hilir untuk industri sawit. Kegiatan riset di industri sawit yang dilaksanakan oleh Badan Litbang Pertanian dan PPKS serta di perguruan tinggi masih sangat perlu diintensifkan dari segi program, sarana prasarana riset, dan SDM peneliti. Berbagai kegiatan riset dilakukan untuk mengoptimalkan sumberdaya riset nasional. PPKS telah melakukan berbagai kegiatan riset pada aspek hilir yang saat ini sudah mulai pada tahapan scale up seperti misalnya ekstrak beta-karoten pada CPO yang akan memberikan nilai tambah pada produk kelapa sawit, bio-plastik, cocoa butter substitute dari CPO, biodiesel, bioetanol, pemanfaatan limbah kebun, dan pabrik kelapa sawit. Semua teknologi tadi secara ekonomis meningkatkan nilai tambah produk berbasis kelapa sawit.
Bagaimana perkembangan riset di sektor hulu sawit?
Perkembangan penelitian cukup baik untuk yang bertemakan aspek produktivitas, tata air dan hama penyakit,yang tetap perlu ditingkatkan kegiatan risetnya. Walaupun, fokus pemerintah sekarang bagaimana meningkatkan riset di sektor hilir demi meningkatkan daya saing industri. Lagi pula Malaysia lebih unggul poduk hilir sawitnya yang akan mengarah kepada orientasi keuntungan.
Oleh karena itu, sangat dibutuhkan investasi dalam kegiatan riset ditujukan kepada infrastruktur, laboratorium, dan kebun induk. Kemudian, perlu reinvestasi sumber daya manusia untuk melahirkan peneliti-peneliti baru di sektor riset hulu dan terutama hilir sawit lebih banyak. Hal ini harus segera disiapkan supaya dapat meningkatkan kualitas dari minyak sawit.
Dari data yang sekarang dimiliki, berapa jumlah peneliti untuk sektor kelapa sawit di Indonesia?
Secara umum, jumlah peneliti mulai dari sektor pangan sampai perkebunan masih kurang dibandingkan dengan jumlah penduduk mencapai 240 juta jiwa dan luasnya wilayah. Jumlah peneliti sekarang ini sekitar 1.900 orang dan ketika Balitbang Pertanian berdiri tahun 1974 ditargetkan tahun 2013 akan memiliki 10.000 peneliti.
Untuk kelapa sawit, jumlah peneliti yang dimiliki sekitar dari 100 orang sedangkan Malaysia lebih dari 500 peneliti. Ini berarti, Indonesia menghadapi kekurangan jumlah peneliti di industri sawit.
Faktor apa saja yang dapat meningkatkan sumber daya peneliti di sektor sawit?
Ada tiga pilar yang menjafi faktor pendorong yaitu faktor pendorong (driven), efisien dan inovasi. Jadi capaian tertinggi bisa dimanfaatkan secara maksimal karena posisi Indonesia sekarang ini sedang bergerak dari driven ke efisiensi dan sedang beranjak naik ke tingkat inovasi. Daya saing rendah karena infrastruktur dan sumber daya manusia.
Bagaimana peranan riset kelapa sawit oleh perusahaan swasta?
Mesti diakui, kegiatan riset swasta di komoditi kelapa sawit lebih baik hasilnya dibandingkan komoditi kakao, karet dan teh. Riset itu bisa saling melengkapi antara pihak swasta dan pemerintah. Dan, boleh dikatakan kegiatan riset sawit swasta sudah sangat bagus sekali perjalannya sehingga dapat dilakukan kerjasama dari hasil penelitian itu yang telah dilakukan antara pemerintah, BUMN maupun pihak swasta.
Apakah Indonesia bisa menjadi riset sawit dunia?
Dengan kondisi sekarang, Indonesia menjadi pusat riset sawit dunia. Semangat MP3EI yang menyerderhanakan regulasi dari perizinan, maka investor akan mudah masuk ke dalam negeri. Kemudian ada perbaikan infrastruktur, bisnis akan semakin efisien dan akan meningkatkan daya saing industri sawit ke depan. Secara tidak langsung riset akan menjadi penting dan semakin meningkatkan peran riset.
Menurut Bapak, apakah perlu dibuat lembaga penelitian sawit yang terpusat dan terintegrasi? Apa pertimbangannya?
Indonesia sudah mempunyai lembaga riset kelapa sawit yang telah melaksanakan riset yang pengembangannya dimulai dari zaman Belanda yaitu Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Keberadaannya sampai saat ini telah diakui di tingkat nasional dan internasional. Oleh sebab itu, pemerintah akan lebih banyak mendorong dan mendukung kekuatan maupun kemampuan lembaga riset yang sudah ada ini untuk menjadi lembaga riset mapan dan inovatif. Mendirikan lembaga riset baru bukanlah hal mudah tidak semudah membangun fasilitas fisik. Lembaga riset ini dibangun dari akumulasi pengetahuan dari kegiatan penelitiannya. Jadi yang penting adalah mensinergikan berbagai kekuatan sumberdaya yang ada di berbagai tempat untuk menghasilkan teknologi bermanfaat bagi usaha perkebunan, dalam hal ini usaha bisnis kelapa sawit. Di berbagai negara maju, program sinergi ini menjadi basis bagi pengembangan teknologi. (Bebe)