JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Antisipasi jamur marasmius palmivorus penyebab penyakit busuk buah harus dilakukan sedini mungkin. Apalagi produksi TBS sawit petani dibatasi pembeliannya oleh pabrik. Dr. Hasril Siregar, Ketua Harian Badan Kerja Sama Perusahaan Perkebunan Sumatera menjelaskan bahwa jamur marasmius palmivorusharus diwaspadai karena dapat menekan tingkat produksi tanaman.
“Penyakit busuk tandan buah karena serangan jamur marasmius. Kalau serangan sempat eksplosif & meluas maka pertanaman sawit akan mengalami cekaman/stress. Dengan eksplosifnya penyakit ini berpotensi produksi akan rendah dan berfluktuasi tergantung cekaman terhadap pertanaman yang terjadi (tingkat cekaman maupun waktunya),” jelas Hasril.
Menurutnya, panen harus tetap dilakukan oleh petani sawit dan perusahaan. Kalaupun ingin ditunda, maka batas waktunya maksimal antara 10-14 hari. TBS sawit yang dibiarkan begitu saja akan menyebabkan Asam Lemak Bebas akan naik serta rawan serangan penyakit busuk Tandan Buah akibat serangan jamur Marasmius.
“Kalau lebih dari 2 minggu setelah lewat matang akan mulai membusuk. Lalu akan memicu kehadiran jamur marasmius,” ujar Hasril yang menjabat Direktur Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) periode 2015-2019.
Menurutnya, kegiatan panen memang sangat penting supaya pekebun tidak dirugikan secara jangka pendek dan jangka panjang. Hasil panen dapat diolah manual sendiri. Jika tidak diolah sendiri terpaksa dibakar untuk menghindari munculnya jamur.
Untuk itu, rotasi panen harus dijalankan secara benar. Kegiatan ini dipengaruhi kerapatan buah dan kemampuan pemanen. Rotasi panen yang sesuai perkembangan buah adalah 7 hari. Kalaupun produksi tinggi, rotasi panen bisa ditambah 6 hari dalam seminggu (6/7).
“Rotasi panen harus dilakukan secara tepat dan disiplin, kalau tidak tanaman sawit akan diserang jamur marasmius palmivorus,” pungkasnya.