JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Dr. Fadhil Hasan, Ekonom Senior, mengoreksi pernyataan sejumlah pihak berkaitan tambahan dana sebesar Rp 2,78 triliun kepada Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS). Bahwasannya dana ini tidak sebatas untuk program biodiesel. Melainkan kebijakan memperpanjang likuiditas BPDP-KS sebagai Badan Layanan Umum supaya programnya tetap berjalan maksimal.
“Jadi, tidak tepat kalau ada yang mengatakan dana Rp 2,78 triliun dipakai untuk biodiesel. Faktanya, dana ini membantu likuiditas BPDP-KS dan juga digunakan bagi peremajaan kebun petani,” ujar Fadhil Hasan yang juga Dewan Redaksi Majalah Sawit Indonesia, dalam diskusi webinar, Rabu (10 Juni 2020)
Fadhil Hasan menjelaskan bahwa program B30 ini mengalami tantangan akibat jatuhnya harga minyak dan dampak Covid-19. Dana untuk menutupi selisih harga diesel dan biodiesel menjadi naik tajam yang berimbas kepada terhambatnya program B-30. Tetap berjalannya program B30 dapat meringankan beban yang ditanggung produsen sawit karena pelemahan permintaan ekspor.
“Ini seperti sering disebutkan presiden, sharing the pain, diantara pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha sehingga dapat bertahan kala pandemi Covid-19,” ucapnya.
Di sisi lain, B30 menjadi kebijakan efektif dalam penyerapan sawit di dalam negeri. Termasuk pula menjaga stabilisasi harga minyak sawit di pasar global dan harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit bagi petani. “B30 merupakan instrumen stabilisasi harga dan juga konsumsi sawit di dalam negeri sehingga tetap berjalan. Kendati, sekarang ini program sedang tertatih -tatih,” kata Fadhil Hasan.
Itu sebabnya, pemerintah mengeluarkan sejumlah instrumen untuk menjaga keberlanjutan program B30. Diantaranya pungutan ekspor CPO dinaikkan menjadi US$ 55/ton dari sebelumnya US$ 50/ton. Dalam pandangan Fadhil, berbagai kebijakan ini membuktikan pemerintah sangat serius menjaga program di sektor energi terbarukan seperti B30 dan juga mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM).
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, realisasi volume penyaluran biodiesel di sepanjang kuartal 1-2020 sebesar 2,17 juta kiloliter (kl) atau 90,4% dari permintaan pembelian sebesar 2,4 juta kl.
Pada Januari 2020, volume penyaluran biodiesel sebesar 699.500 kl atau 87,53% dari PO 789.640 kl. Selanjutnya terus meningkat pada Februari, realisasi penyaluran menjadi 756.960 kl atau 94,72% dari PO yakni sebesar 799.300 kl. Namun pada Maret, penyerapan biodiesel kembali turun yakni 713.860 kl atau 89,32% dari PO sebesar 809.950 kl.