Biodiesel sangat berperan dalam kemandirian energi di Indonesia. Mampu menurunkan emisi gas karbon dan penghematan devisa negara mencapai USD 8 miliar.
Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengungkapkan indeks ketahanan energi Indonesia mencapai 6,57 ini dikategorikan baik karena pasokan energi terbarukan cukup melimpah salah satunya dari biodiesel.
Peran biodiesel terhadap upaya Indoensia untuk mengurangi impor solar cukup signifikan. Pada tahun 2020 bisa menggantikan solar 159 barel/hari. Pada 2025 ditargetkan sebesar 210 barel/hari, 2030 sebanyak 238 barel/hari dan 2040 mencapai 257 barel/hari.
Sedangkan dalam bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 2,95 persen dari 9.18 persen di tahun 2019. Kemudian mengurangi konsumsi solar sekitar 7,2 juta kiloliter (KL) dan menghmeat devisa negara USD 2 milair atau Rp28 triliun pada tahun 2019.
“B30 diproyeksikan akan menghemat devisa sekitar USD 8 miliar. Dengan adanya B30 ini kita tidak lagi mengimpor solar Pertamina, bahkan sekarang ekspor,” ujar dia dalam Dialog Webinar bertemakan Masa Depan Biodiesel Indonesia: Bincang Pakar Multi Perpspektif yang diselenggarakan Majalah Sawit Indonesia.
Biodiesel juga mengurangi emisi rata-rata sekitar 25.30 persen. Selain itu, pengembangan biodiesel dapat meningkatkan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan sektor rumah tangga dan peningkaan kualitas sarana prasana kesehatan dan pendidikan daerah.
Menurut dia, tantangan ke depan menyangkut keekonomian pengembangan biodiesel saat ini karena harga CPO lebih tinggi ketimbang harga solar. Alhasil perlu dukungan insentif untuk menutup selisih harga.
“Dana BPDP-KS hasil pungutan ekspor sekitar Rp26 triliun tahun 2020 sudah habis sejak Agustus. Kita lagi pusing supaya program B30 ini terus berjalan dan sudah meminta APBN juga, serta menaikan pungutan ekspor,” ungkap Djoko.
Selain itu, menjaga ketersediaan bahan baku biodiesel dengan menyediakan lahan perkebunan sawit. Kemudian pengembangan kilang green diesel skala mini. “Penyaluran B30 tahun 2021 dipatok 9,2 juta KL dari rencana awal 9,8 juta KL. Ini penting untuk mejaga
kebutuhan solar 2,9 persen per tahun dan mempertahankan program biodiesel,” kata dia.
Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), biofuel atau bahan bakar nabati (BBN) masuk dalam program pemerintah yang akan terus dikembangkan di Indonesia. “Dalam RUEN khusus biofuel masuk ke salah satu program untuk meningkatkan ketahanan energi nasional,” ujar Djoko.
Pertama, pembentukan badan usaha EBT sendiri. Kedua, alokasi subsidi dari pembangkit EBT. Ketiga, menyediakan lahan 4 juta hektare secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan bahan baku BBN guna menghasilkan 15,6 juta KL biofuel.
Keempat, menyusun roadmap jenis tanaman prioritas bahan baku BBN dan menyiapkan benih tanaman dengan tetap menjaga ketahanan pangan. Kelima, memenuhi target produksi biofuel minial 15,6 juta KL di tahun 2025 dan 54,2 juta KL pada tahun 2050.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 111)