Setelah penghilangan mineral logam yang tak diinginkan akan didapati dua jenis produk yaitu bio-char dan bio-oil. Beberapa perlakuan khusus diperlukan hingga pada akhirnya akan didapati graphene, karbon aktif, dan Carbon Nanotubes (CNT).
Karbon aktif digunakan sebagai bahan untuk support layer sedangkan graphene dan CNT yang memiliki kemampuan transfer elektron tinggi digunakan sebagai bahan yang ditambahkan di atas support layer.
Superkapasitor dengan kapasitas tiga farad per gram telah berhasil dibuat pada proyek penelitian pertama. Rendemen yang diperoleh dari biomassa kering untuk superkapasitor ini mencapai 70 persen.
Dengan hasil yang memuaskan tersebut, pihak peneliti ITB sedang mengusahakan klaim paten atas temuannya. Untuk ke depannya, kata Tirto, proyek ini akan difokuskan untuk mengejar kuantitas karena superkapasitor yang digunakan pada mobil listrik cukup besar berdasarkan nilai farad yang dibutuhkan.
“Nilai tambah yang mencapai 500 kali dari nilai awal biomassa sisa industri sawit hingga menjadi elektroda supekapasitor ini menjadi hal yang menjanjikan bagi industri komponen elektronik di Indonesia,” kata dia.
Bahkan, lanjutnya, tak hanya terbatas pada penggunannya untuk superkapasitor mobil listrik, ke depannya dosen-dosen peneliti ITB ini berharap industri solar cell (listrik tenaga matahari) dan coating kaca film mobil untuk menghasilkan listrik pun dapat dikembangkan dengan teknologi yang sama.
Sumber: ANTARA