BOGOR, SAWIT INDONESIA – Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC), LPPM, IPB University bekerja sama dengan International Society of Biomass and Bioenergy (ISBB) kembali menggelar International Conference on Biomass and Bioenergy (ICBB) 2022 ke-tujuh secara virtual pada tanggal 1-2 Agustus 2022.
Konferensi internasional yang disponsori oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) ini menjadi salah satu forum dalam rangka mempromosikan dan mengkampanyekan SAWIT BAIK kepada dunia internasional.
Rektor IPB University, Prof. Dr. Arif Satria menyampaikan bahwa kekayaan sumber daya hayati, baik dari segi kuantitas maupun keanekaragamannya berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi bioenergi. Indonesia dengan potensi sumber biomassa yang sangat besar dari hasil pertanian dan perkebunan, hasil hutan, biomassa laut dapat dimanfaatkan untuk pengembangan berbagai produk bioenergi dan biomaterial bernilai tambah tinggi dapat berkontribusi dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Selain itu pemanfaatan biomassa menjadi bioenergi dapat meningkatan penggunaan bioenergi nasional dan sangat mendukung pemerintah dalam menurunkan emisi GRK dan memenuhi target NZE.
Dalam sambutan pembukaan, Direktur Utama BPDPKS, Eddy Abdurrachman memaparkan bahwa Industri sawit berperan sangat penting bagi Indonesia karena melibatkan lebih dari 16 juta pekerja dengan banyak kontribusi yang signifikan terhadap ekonomi Indonesia antara lain nilai ekspor sebesar USD 21,4 miliar dengan perkiraan kontribusi pendapatan dari industri sawit sebesar Rp 14-20 triliun per tahun.
Sebagai negara penghasil sawit terbesar di dunia, Indonesia berharap tidak hanya menjadi penyedia bahan baku minyak nabati, tapi juga berbagai produk hilir sawit. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan yang mendukung produk hilir dengan nilai tambah dan ramah lingkungan termasuk bioenergi yang mendukung pencapaian NZE. Namun, perbaikan terus-menerus diperlukan untuk mencapai keberlanjutan industri sawit di Indonesia.
Pada kegiatan ICBB 2022 ini, hadir Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, Dr. Dadan Kusdiana yang memberikan keynote Menteri ESDM terkait upaya dan kebijakan pemerintah Indonesia dalam pengembangan biomass dan bioenergi untuk mencapai net zero emission. Serta turut hadir sebagai pembicara pada sesi plenary diantaranya Dr. Meika Syahbana Rusli, MSc.Agr (SBRC-IPB University) Prof. Dr. Kiyoshi Dowaki (Tokyo University of Science, Japan), Dr. Anthony Halog (The University of Queensland, Australia), Prof. Dr. Lee Keat Teong (Universiti Sains Malaysia, Malaysia), dan Prof. Dr. Eng. Muhammad Aziz (The University of Tokyo) yang membahas terkait perkembangan teknologi pemanfaatan biomassa dan bioenergi. Bertindak sebagai chair pada acara tersebut yakni Prof. Dr. David Herak dari Czech University of Life Sciences, Republik Ceko.
Dr. Dadan menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia menyatakan komitmen serius untuk memastikan transisi dan pengembangan energi yang berpusat pada manusia dan melaksanakan peta jalan transisi energi Indonesia menuju netral karbon untuk mencapai NZE pada tahun 2060. Target penurunan emisi GRK sebesar 29% dengan kemampuan sendiri dan sebesar 41% dengan bantuan internasional pada tahun 2030 telah diperkuat melalui dokumen Nationally Determined Contribution (NDC).
Untuk memenuhi NZE tersebut, Pemerintah telah melakukan berbagai aksi mitigasi yaitu dengan meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025 dan ditargetkan menjadi 31% pada tahun 2050. Upaya lain yang dilakukan yakni pengurangan penggunaan energi fosil, kendaraan listrik di sektor transportasi, peningkatan penggunaan listrik di rumah tangga dan industri, serta pemanfaatan carbon capture and storage (CCS).