JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Direktur AKPY-Stiper, Dr. Ir, Sri Gunawan, M.P, IPU mengatakan pihaknya menilai peran Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten, bersertifikasi dan memahami teknologi sangat dibutuhkan supaya perkebunan kelapa sawit berkelanjutan dapat terus ditingkatkan secara kontinu.
“Sementara itu, program Beasiswa Sawit (BPDPKS dan Ditjenbun) dirasakan oleh perguruan tinggi dalam mengembangkan ilmunya di bidang kelapa sawit, orangtua, Pemda, KUD dan petani peserta program PSR serta perusahaan perkebunan dalam mendampingi petani plasma,” ucapnya secara virtual pada Kamis (21 April 2022).
Selanjutnya, Sri Gunawan berharap program beasiswa sawit betul-betul diarahkan untuk mencetak SDM Perkebunan Kelapa Sawit yang memahami IT, mekanisasi dan mampu menciptakan kelembagaan petani sawit yang sehat.
“Program pendidikan dan pelatihan perlu dilaksanakan secara kontinyu, jumlah penerima beasiswa sawit dan peserta pelatihan ditingkatkan sehingga dapat merata di sentra-sentra perkebunan kelapa sawit khususnya pekebun swadaya dan plasma dan daerah perbatasan,” urainya.
Sri Gunawan menjelaskan sosialisasi diharapkan dapat melibatkan dinas perkebunan kabupaten dan provinsi dan perusahaan perkebunan.
“Kenapa saya tekankan keterlibatan perusahaan karena mereka yang lebih paham masyarakat sekitar yang membutuhkan pendidikan dan pelatihan,” lanjut pria lulusan Doktor Universitas ternama.
Penjelasan Sri Gunawan itu disampaikan dalam rangka menanggapi Ir. Baginda Siagian, M.Si, Direktur Perlindungan Perkebunan, Kementerian Pertanian RI yang mengatakan program pengembangan Sumber Daya Manusia Perkebunan Kelapa Sawit melalui pendidikan dan pelatihan menjadi investasi yang terus ditumbuhkan supaya perkebunan kelapa sawit tetap menjadi sub sektor perkebunan yang tetap menjanjikan di masa mendatang.
Diketahui, saat ini pemerintah mempunyai beberapa kebijakan di antaranya Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), Pengembangan SDM, Sarana dan Prasarana, Perbaikan tata kelola, Kelembagaan dan Pemberdayaan, Pendanaan, ISPO, dan energi terbarukan, yang tak lain untuk kepentingan sektor perkelapasawitan Indonesia agar semakin kuat dan sehat.
“Kebijakan-kebijakan tersebut tak lain untuk menjawab ada beberapa tantangan yang dihadapi antara lain produktivitas, hilirisasi, terindikasi kawasan hutan dan KHG, legalitas dan perizinan, gangguan usaha dan konflik, akses pasar, negative campaign dan energi,” jelas Baginda, saat webinar tersebut.
“Untuk rendahnya produktivitas dan hilirisasi dapat dijawab dengan pengembangan dan penguatan SDM. Produktivitas perkebunan sawit rakyat yang masih relatif rendah yaitu 3,5 ton/ha/tahun yang berpotensi 5-6 ton/ha/tahun masih dapat dikejar. Dan, hilirisasi produk samping kelapa sawit yang belum optimal harus terus dikembangkan, tentunya dengan SDM serta mengikuti perkembangan teknologi,” imbuh Baginda.
Pengembangan SDM Perkebunan Kelapa Sawit melalui pendidikan dan pelatihan tengah dijalankan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian dengan kerangka pendanaan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Yang diwujudkan dengan program Beasiswa Sawit dan pelatihan petani sawit dimulai sejak 2016 – 2021. Data dari BPDPKS menunjukkan total penerima beasiswa sebanyak 3.265 mahasiswa dan sebanyak 9.679 petani yang sudah dilatih melalui pelatihan.