Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan kembali melaksanakan kegiatan Sosialisasi Hasil Penghitungan Luas Areal Karhutla Periode Bulan April 2022 secara daring, Selasa (17/05/2022). Kegiatan penghitungan areal terbakar ini dilaksanakan bekerjasama dengan Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan; Direktorat Inventarisasi GRK dan MPV; serta Pusat Riset Penginderaan Jauh, Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN.
Israr Albar, Kasubdit Penanggulangan Karhutla, mengungkapkan luas karhutla seluruh Indonesia di bulan April sebesar 12,9 ribu hektar baik mineral ataupun gambut.
“Prediksi BMKG, Mei–Juni 2022 akan terjadi penurunan potensi hujan yang akan menyebabkan peningkatan kerawanan karhutla. Sehingga perlu diperkuat kesiapsiagaan para pihak terkait untuk mengantisipasi hal ini. Peran serta masyarakat terutama di tingkat tapak sangat menentukan upaya-upaya pencegahan karhutla,” jelas Israr
“Kami berharap kegiatan pencegahan karhutla ditingkat tapak bisa segera dilakukan oleh Balai PPIKHL, Manggala Agni, BPBD, dan para pihak sehingga tidak terjadi karhutla. Kita sudah memprediksi wilayah-wilayah rawan karhutla, sehingga bisa dilaksanakan antisipasi agar tidak terjadi karhutla,” harap Israr
Pada tahun 2022 ini, citra satelit Landsat 9 mulai dipergunakan dalam perhitungan luas karhutla, melengkapi satelit Landsat 8, Sentinel 2a, dan Sentinel 2b yang telah digunakan tahun sebelumnya. Penambahan citra satelit Landsat 9 tersebut diharapkan perhitungan luas karhutla akan semakin akurat.
Proses perhitungan luas karhutla yang dilaksanakan sekarang dikembangkan oleh BRIN bersama dengan KLHK dan pihak terkait lainnya. Beberapa kelebihan metode yang digunakan dalam menghitung luas tersebut adalah penggunaan empat satelit resolusi menengah (Landsat 8 & 9, Sentinal 2a dan 2b) dan penggunaan metode predicted burnt area serta validasi manual oleh expert dari pusat (Dit. PKHL, Dit. IPSDH, Dit. IGRK MPV, BRIN) bersama-sama tim daerah (Balai PPIKHL, Daops Manggala Agni, UPT Ditjen KSDAE, BPBD Provinsi, dan Dishut Provinsi).
Pada proses validasi tersebut, selain menggunakan data sebaran hotspot yang berasal dari 4 satelit (Terra, Aqua, SNPP, NOAA20) juga menggunakan laporan ground check hotspot dan pemadaman karhutla di lapangan. Validasi tersebut penting dilakukan untuk meningkatkan akurasi interpretasi areal bekas karhutla.
Perhitungan luas areal terbakar sangat penting untuk mengetahui kontribusi pengendalian karhutla dalam pencapaian target Indonesia FOLU Netsink 2030 dan perhitungan emisi gas rumah kaca dari sektor kebakaran. Di dalam dokumen Nationally Determined Contributon (NDC), Indonesia menargetkan penurunan emisi (unconditional scenario) sebesar 17,2% di sektor Forestry and Other Land Use (FoLU), termasuk di dalamnya dari penurunan karhutla.
Hadir dalam kegiatan ini Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Kehutanan, dan Kepala BPBD Provinsi Riau, Sumsel, Jambi, Sumbar, Lampung, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, NTT, NTB, dan Sulawesi Tenggara, Kepala Balai PPIKHL se-Indonesia, Kepala Balai KSDA Bengkulu dan Lampung, Kepala Balai KSDA Sulawesi Tenggara, Kepala Balai TN Way Kambas, Kepala Balai TN Rawa Aopa Watumohai, Serta Koordinator Manggala Agni se-Indonesia.
Sumber: sipongi.menlhk.go.id