JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyatakan kinerja ekspor di tiga bulan pertama tahun ini sangat positif, ditengah lesunya ekonomi global dan sentimen negatif Eropa. Sepanjang triwulan pertama 2019, kinerja ekspor minyak sawit secara keseluruhan (Biodiesel, Oleochemical, CPO dan produk turunannya) meningkat sekitar 16% menjadi 9,1 juta ton dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 7,84 juta ton
“Industri ini terus berperan dalam menambal neraca perdagangan Indonesia yang minus dengan kinerja ekspornya. Dengan kinerja ini, ekspor minyak sawit Indonesia tetap tumbuh meskipun di bawah harapan,” ujar Mukti Sardjono, Direktur Eksekutif GAPKI dalam keterangan tertulis.
Pada Maret 2019 kinerja ekspor minyak sawit secara keseluruhan (Biodiesel, Oleochemical, CPO dan produk turunannya) membukukan peningkatan 3% dibandingkan bulan sebelumnya atau dari 2,88 juta ton meningkat menjadi 2,96 juta. Sementara ekspor khusus CPO dan produk turunannya hanya meningkat sangat tipis yaitu 2,77 juta ton di Februari sedikit terkerek menjadi 2,78 juta ton di Maret.
Muktig mengatakan sentimen RED II Uni Eropa, setidaknya telah ikut menggerus kinerja ekspor Indonesia, selain itu lesunya perekonomian di negara tujuan utama ekspor khususnya India berdampak sangat signifikan pada permintaan minyak sawit negara Bollywood ini. Perang dagang Amerika Serikat dan China yang tak kunjung usai, mempengaruhi perdagangan kedelai kedua negara yang berujung pada menumpuknya stok kedelai di AS.
Pada Maret ini ekspor CPO dan turunannya dari Indonesia ke India membukukan penurunan yang tajam yaitu 62% atau dari 516,53 ribu ton di Februari meluncur bebas ke 194,41 ribu ton di Maret. Perlambatan pertumbuhan ekonomi India yang hampir memasuki ambang krisis menyebabkan berkurangnya permintaan minyak sawit India baik dari Indonesia maupun Malaysia. Penurunan permintaan juga diikuti negara Afrika 38%, Amerika Serikat 10%, China 4% dan Uni Eropa 2%.
Secara mengejutkan ekspor minyak sawit ke negara lain-lain meningkat 60% dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan permintaan CPO dan produk turunannya dari Indonesia yang cukup signifikan datang dari Asia khususnya Korea Selatan, Jepang dan Malaysia.
Beralih kepada penyerapan Biodiesel di dalam negeri. Sepanjang Maret ini penyerapan biodiesel di dalam negeri mencapai lebih dari 527 ribu ton atau turun 19% dibandingkan dengan bulan Februari lalu yang mencapai 648 ribu ton. Turunnya penyerapan biodiesel disinyalir karena keterlambatan permintaan dari Pertamina sehingga pengiriman ke titik penyaluran ikut terlambat.
Dari sisi harga, sepanjang Maret harga CPO global bergerak di kisaran US$ 510 – US$ 550 per metrik ton dengan harga rata-rata US$ 528,4 per metrik ton. Harga rata-rata ini tergerus 5% dibandingkan harga rata-rata Februari US$ 556,5 per metrik ton.
Pada Maret ini produksi minyak sawit membukukan peningkatan 11% atau dari 3,88 juta ton di Februari meningkat menjadi 4,31 juta ton di Maret. Naiknya produksi di Maret ini tergolong normal karena hari kerja yang lebih panjang jika dibandingkan dengan bulan Februari. Dengan produksi yang cukup baik, stok minyak sawit pada Maret ini masih terjaga dengan baik di 2,43 juta ton meskipun turun 3% dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang bertengger di 2,50 juta ton.