JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Perseteruan Indonesia dengan Uni Eropa masih terus berlanjut akibat sejumlah produk andalan Indonesia terancam kebijakan yang bersifat menghambat perdagangan. Buruknya hubungan bilateral tersebut membuat Dubes Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Piket ikut bergeser posisinya.
Seperti diketahui, Uni Eropa telah menerbitkan EU Deforestation Free-Regulation (EUDR) yang mewajibkan uji tuntas kepada tujuh komoditas yaitu minyak sawit dan produk turunannya, arang, kopi, kedelai, kakao, daging sapi, dan kayu. Selain itu, karet, kertas, kulit, dan produk turunannya.
Begitupula dengan nikel, kebijakan Indonesia melarang ekspor bijih nikel yang digugat oleh Uni Eropa melalui World Trade Organization (WTO) pada awal 2021. Hasilnya pada November 2022, Indonesia dinyatakan kalah terhadap gugatan Uni Eropa di Badan Penyelesaian Sengketa atau Dispute Settlement Body (DSB) WTO terkait larangan ekspor bijih nikel yang dilakukan sejak awal 2020. Tak ingin menyerah, Presiden Jokowi melakukan banding putusan WTO soal larangan ekspor nikel.
Kebijakan keras Uni Eropa juga diterapkan kepada biodiesel yang menjadi andalan Indonesia. Salah satunya penyelidikan terhadap upaya biodiesel Indonesia yang menghindari bea masuk dengan mengirimkannya melalui China dan Inggris. Inisiatif penyelidikan datang dari permintaan European Biodiesel Board. Sebelumnya, pemerintah Indonesia mengajukan konsultasi kepada WTO terkait pemberlakuan pajak oleh Uni Eropa terhadap impor biodiesel dari Indonesia.
Walaupun mendapatkan tekanan sedemikian rupa, Presiden Joko Widodo tetap melawan hambatan dagang dari Uni Eropa. Terakhir saat bertemu Presiden Komisi Uni Eropa (UE) Ursula von der Leyen pada akhir Mei 2023, Presiden Jokowi melakukan protes keras atas terbitnya EUDR.
Menurutnya, aturan tersebut akan menghambat perdagangan Indonesia dengan Eropa, khususnya komoditas kelapa sawit sebagai andalan perdagangan Indonesia. Pasalnya, kebijakan tersebut dapat merugikan petani di Indonesia.
“Indonesia negara besar. Negara besar digugat langsung ciut nyalinya. Tidak! Digugat Uni Eropa, saya tetap berkawan baik dengan Ursula Presiden Uni Eropa,” tegas Jokowi pada pertengahan Juni dalam sebuat pertemuan.
Bahkan kantor Perwakilan Uni Eropa di Indonesia untuk pertama kalinya didemo oleh organisasi petani sawit dan santri NU saat bulan puasa 2023. Kalau itu, APKASINDO yang menjadi motor aksi demonstrasi meminta EUDR dicabut karena akan mematikan perkebunan sawit rakyat. Sayangnya, perwakilan peserta aksi tidak diterima secara langsung oleh Dubes Piket.
Imbas hubungan panas antara Indonesia – Uni Eropa juga berdampak kepada perwakilan Uni Eropa di Indonesia khususnya posisi Duta Besar. Pada 15 Agustus 2023, Dubes Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Piket diketahui bertemu Menko Perekonomian RI, Airlangga Hartarto untuk berpamitan.
“Saya mengucapkan terima kasih atas kerja sama dan hubungan yang harmonis selama ini, terutama atas kepemimpinan Pak Airlangga dalam menangani kebijakan kerja sama ekonomi dengan Uni Eropa. Menko Airlangga juga senantiasa bersedia dan terbuka untuk berdialog mengenai ragam isu kerja sama ekonomi yang berkaitan dengan hubungan ekonomi bilateral,” ungkap Duta Besar Piket dalam pertemuan tersebut dikutip dari laman Kemenko Perekonomian RI.
Selain dengan Menko Airlangga, Vincent Piket juga bertemu dengan Retno Marsudi, Menteri Luar Negeri RI. Dikutip dari akun twitter/x, Retno Marsudi memberikan selamat kepada Piket yang telah menyelesaikan masa jabatannya.”Kami mengapresiasi kontribusi anda dalam memperkuat hubungan Indonesia dan UE,” cuit Retno.
Ekonom IPB University, Dr. Tungkot Sipayung berpendapat kondisi makin melemahnya posisi EU dalam konteks sawit dan nikel yang dinilai oleh pemerintahan EU sebagai kegagalan diplomasi mereka di Indonesia. Sebelum terpuruk lebih dalam, maka ada pergantian Dubes EU di Indonesia.
“Indonesia tidak bisa lagi didikte oleh Eropa, diplomat Indonesia makin piawai untuk berdebat dengan pejabat Uni Eropa,” ujar Tungkot.
Posisi Dubes Vincent Piket digantikan oleh Duta Besar Denis Chaibi, yang sebelumnya menjabat Duta Besar Uni Eropa untuk Srilanka dan Maladewa.
Vincent Piket mulai menjabat sebagai Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam sejak 2019 akan mengakhiri masa tugasnya pada akhir Agustus 2023. Namun belum diketahui, posisi baru yang akan diemban oleh Vincent Piket.
Lalu, mampukah Denis Chaibi meredam gesekan antara Indonesia-Uni Eropa terkait kerjasama perdagangan? Kita tungggu saja.