JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Kehadiran investasi asing dan negara pendonor dalam restorasi gambut diminta tidak mempersulit petani. Pasalnya, tanaman yang menjadi sumber pendanaan investasi masih diragukan skala ekonomisnya.
Musdhalifah Machmud, Deputi Bidang Agro Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, menceritakan pernah bertemu negara pendonor dari Eropa yang mengajukan permintaan supaya tidak menanam kelapa sawit. “Jadi, mereka mengeluhkan kenapa banyak sekali tanaman sawit di Indonesia.Lalu, minta karet untuk gantikan sawit sebagai syarat peroleh dana hibah,”kata Musdhalifah kepada Sawit Indonesia, pada pekan lalu.
Ketika tanaman karet sudah dibudidayakan petani lalu menghasilkan. Tetapi,kata Musdhalifah negara pendonor tadi tidak mau menyerap hasil tanaman petani karet.
“Jangan sampai didikte asing dalam program tadi,”pintanya.
Musdhalifah meminta Badan Restorasi Gambut (BRG) berhati-hati dalam menetapkan tanaman yang bisa dibudidayakan di gambut. “Perlu diperhatikan skala ekonomis tanaman tadi,”ujarnya.
Sebelumnya, Nazir Foead,Kepala BRG, mengatakan akan mengundang investor supaya ikut program restorasi baik dari dalam dan luar negeri.
Nazir menjelaskan kegiatan lembaga yang dipimpinnya tidak sebatas pemulihan ekosistem gambut supaya tidak mudah terbakar.
Tanaman yang bisa dibudidayakan seperti sagu, nanas, dan sorgum. “Sawit dan akasia tidak cocok di gambut, mereka cocok di tanah mineral. Bisnis agroforestry harus sesuai dengan ekosistem alam,”ujarnya. (Qayuum)