JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Indonesia membuat kemajuan menuju nol deforestasi kelapa sawit sebagaimana dikutip dari data Trase, sebuah inisiatif yang diinisiasi oleh Global Canopy dan Stockholm Environment Institute. Dijelaskan bahwa deforestasi Indonesia untuk kelapa sawit telah menurun secara signifikan, dengan penurunan terbesar terjadi dalam rantai pasokan yang diatur oleh komitmen nol-deforestasi.
Namun, kenaikan harga minyak sawit dan meningkatnya peran pedagang yang memiliki tingkat transparansi publik yang lebih rendah mengancam untuk melemahkan kemajuan.
Data baru menunjukkan bahwa eksportir dengan komitmen nol-deforestasi, secara konsisten mengambil 70% dari risiko deforestasi per metrik ton (t) pesaing mereka.
“Ini adalah bukti nyata pertama dari hubungan antara komitmen nol-deforestasi (ZDC) dan risiko deforestasi yang lebih rendah dalam rantai pasokan minyak sawit,” kata Dr Robert Heilmayr dari University of California Santa Barbara (UCSB), yang memimpin penelitian Trase sebagaimana dikutip dari situs Stockholm Environment Institute.
“Namun, masih ada ruang untuk kemajuan deforestasi. Delapan puluh lima persen minyak sawit diekspor oleh grup sawit yang komitmen nol deforestasi,” kata Dr Heilmayr.
“Deforestasi untuk kelapa sawit di Indonesia telah menurun secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dan data kami menunjukkan bahwa penurunan terbesar terjadi pada rantai pasokan yang diatur oleh komitmen nol-deforestasi,” kata Direktur Trase Toby Gardner.
Pada 2018–2020, deforestasi untuk kelapa sawit adalah 45.285 ha per tahun atau hanya 18% dari puncaknya pada 2008–2012. Yang penting, deforestasi telah turun selama periode ekspansi produksi minyak sawit yang berkelanjutan. Meskipun penurunan deforestasi telah dikaitkan dengan penurunan nilai pasar minyak sawit mentah. Namun, lonjakan harga minyak sawit baru-baru ini belum disertai dengan ledakan deforestasi yang didorong oleh kelapa sawit