Sadarkah kita bahwa kandungan minyak pada fiber /serabut yang kita kirim ke dalam ruang bakar boiler masih mengandung minyak yang sangat banyak? Tahukah kita bahwa minyak yang “terbuang” atau disebut juga oil loss terbesar di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) adalah pada fibre ? Pasti kita jawab : sadar dan tahu, memang mau dilakukan apa lagi ? Karena untuk mencapai standar oil loss di fibre saja sangat sulit untuk didapatkan secara konsisten…!!!
Dalam standarisasi SOP perusahaan perkebunan sawit , kandungan minyak pada fibre yang keluar dari mesin press antara 4%-6% on sample atau on wet basis.
Dalam beberapa kali penulis berdiskusi dengan praktisi di PKS bahwa standard oil loss tersebut di dapat pada kisaran kurang lebih 10% dari standar yang ditentukan, masalahnya apakah hasil data oil loss fibre di press itu menggambarkan yang sebenarnya? Untuk membuktikan bahwa oil loss “sebenarnya” melebihi aktualnya, beberapa bulan yang lalu penulis pernah presentasi di salah satu perusahaan perkebunan besar nasional yang saat itu dihadiri oleh divisi engineering dan process control mill. Ketika penulis menanyakan SOP pengambilan sample fibre pada mesin press, maka pengambilan dimulai setelah 2 jam proses dimulai sampai dengan 1 jam sebelum stop proses , hal ini karena kita ketahui bersama bahwa oil loss di fibre pada saat 2 jam pertama olah bisa mencapai 6%-10% dari oil loss setelah 2 jam proses, hal ini karena tidak cukup waktu brondolan di dalam digester dan temperatur TBS keluar dari rebusan yang di-restankan tidak mencukupi sehingga proses pelumatan brondolan dalam digester tidak sempurna.
Untuk lebih sederhana, kita gunakan data laboratorium tersebut sebagai acuan actual oil loss di fibre, dengan oil loss rata-rata kita ambil 5% on sample (wet basis) maka untuk PKS 60 ton per jam dengan komposisi fibre sebanyak 13,5% on TBS maka setiap jam olah akan ada produksi fibre sebanyak 13,5% x 60 ton = 8,1 ton fibre dengan mengolah 500 jam per bulan maka fibre yang dihasilkan sebanyak 4.050 ton fibre. Jika kandungan minyak terdapat 5% maka ada 202,5 ton per bulan minyak = 2.425 ton minyak per tahun atau setara dengan Rp 17 miliar yang kita “buang” ke dalam boiler dengan sadar dan tahu seperti pernyataan kita diatas tadi.
Sedangkan, palm kernel expeller cake oil loss di cake sekitar 7,5% on Wet Basis, maka untuk kernel crushing plant dengan kapasitas 300 ton kernel per hari akan menghasilkan 159 ton cake per hari , sedangkan minyak yang terbawa di cake 7,5% x 159 Ton = 11,925 ton PKO per hari atau 11,925 x 300 hari olah = 3.577 ton PKO per tahun = atau setara dengan Rp 22,9 miliar per tahun.
Nilai minyak “terbuang” pada perhitungan diatas pasti sangat besar sekali, apakah kita hanya “pasrah” saja dengan kondisi diatas?
OIL EXTRCATION
Dalam industri pengutipan/extraction minyak ada 2 cara yang paling popular yakni :
- Mechanical Extraction, hal ini yang umum dilakukan di PKS yaitu dengan cara pengepresan raw material untuk memisahkan phase padat dan cair. Metode ini hanya dapat menurunkan kandungan minyak maksimal 4% setelah proses pengepresan pada fibre. Hal itu dapat dicapai dengan persyaratan raw material yang harus memenuhi kriteria tertentu seperti proses pengadukan di digester minimal 20 menit dengan temperature digester 90°C -95°C , bahkan pada KCP oil loss pada cake yang paling baik hanya 7%.
- Solvent Extraction (SE), teknik pengutipan minyak dengan cara SE ini dengan menggunakan media/zat pelarut , larutan kimia yang dapat berfungsi sebagai pelarut minyak adalah etanol , alcohol , hexane tetapi yang paling efektif dan efisien adalah menggunakan hexane . Seperti kita ketahui bahwa hexane ada 2 jenis yakni hexane industrial grade yang biasa kita gunakan untuk keperluan di laboratorium PKS untuk menghitung oil content di fibre dan limbah cair dan hexane food grade.
Metode ini digunakan di semua pabrik pengolahan minyak kacang kedelai (Soyabean), Sun Flower Oil, Rapeseed, Cotton Seed, Castor Seed, Rice Bran dll dan zat pelarut yang digunakan pada industri diatas adalah Hexane Food Grade (C6H14).
Eonmetall Technology Sdn Bhd, adalah perusahaan yang sudah Go Public di Malaysia sangat concern dalam Research and Development Solvent Extraction, telah memulai pembuatan pertama pada tahun 2004, pada awal project Solvent Extraction Plant (SEP) di Malaysia kendala utama adalah tingginya hexane loss akibat proses recycling hexane belum berjalan efektif yang mengakibatkan biaya operasional tinggi. Setelah dilakukan proses R&D lalu pada akhir 2008 Eonmetall telah berhasil meminimalkan biaya operasional sehingga investasi SEP ini sangat menguntungkan investor.
Bonar Saragih yang saat ini menjabat sebagai General Manager Eonmetall Technology Sdn Bhd menjelaskan lebih lanjut setelah berhasil membangun 14 Unit Solvent Extraction Plant di Malaysia dan 2 unit di Indonesia, yang memberi keuntungan financial luar biasa maka Eonmetall memperkenalkan Technology Solvent Extraction ini kepada para investor pemilik PKS maupun KCP lain di Indonesia.
Solvent Extraction Plant (SEP) terdiri dari beberapa bagian yakni :
- Extractor, Fiber atau Cake yang akan diekstrak minyaknya lalu dimasukkan ke dalam ruang extractor berbentuk bejana tertutup dengan temperature 60°C dan diletakkan pada plate form , dimana fibre dapat bergerak secara horizontal dengan bantuan scrapper chain conveyor. Pada saat Fibre bergerak maka Fibre disiram spray hexane sampai 12-20 kali sepanjang ruang extractor, dimana interval tiap penyiraman Hexane 5-7 menit . Jumlah penyiraman dan interval dan waktu penyiraman tergantung oil content fibre dan juga kapasitas PKS.Media yang keluar dari extractor ini akan terbagi 2 bagian yakni dalam bentuk cairan yang terdiri dari campuran antara minyak dan hexane yang biasa disebut dengan miscela sedangkan bagian padatan adalah fibre yang masih banyak mengandung hexane (Lihat Solvent Extraction Plant – Flow Process), proses berikutnya adalah untuk memisahkan hexane baik dari fibre maupun dari minyak yang diperoleh, karena hexane merupakan komponen biaya proses yang paling besar maka dibutuhkan teknologi dalam proses pemisahannya sehingga hexane dapat digunakan lagi/recycling pada proses extraction berikutnya.
- Desolventiser, fibre yang banyak mengandung cairan hexane pada proses di extractor dimasukkan ke dalam bejana berupa tanki tertutup dengan diameter 3 meter dan tinggi 6 meter terdiri dari 8 bagian, dimana setiap bagian dari atas ke bawah akan diinjeksikan steam sehingga kandungan hexane akan berkurang selama perjalanan fibre dari bagian atas sampai ke bawah. Total waktu fibre pada proses ini 20-30 menit tergantung kapasitas fibre yang masuk. Hexane akan menguap akibat tingginya temperatur steam dan kemudian dimasukkan ke dalam tanki vacuum kemudian temperatur hexane dalam bentuk uap akan diturunkan dengan menggunakan air pendingin sehingga hexane akan berubah wujud kembali menjadi cairan dan dimasukin ke dalam tanki penyimpanan hexane.
- Distillation, campuran minyak dan pelarut (hexane) diperoleh dari ekstraktor dikenal sebagai miscella dan biasanya mengandung 8% sampai 10% minyak dalam pelarut. Cairan miscella dari ekstraktor dikumpulkan di miscella tangki dan dipompa ke bagian distilasi. Miscella melewati tabung pemanas dan dipanaskan oleh steam jacket dan dengan demikian heksana berubah menjadi uap dan hexane dalam bentuk uap ini akan dikondensasikan dalam kondensor dan didaur ulang. Sedangkan minyak yang sudah terpisah dari hexane akan dipompakan ke oil recovery tank dan selanjutnya dipompa ke storage tank
- Solvent Recovery, proses pemanfaatan hexane kembali dengan cara merubah semua hexane dalam bentuk uap yang terjadi pada proses desolventiser (pemisahan Fibre dan Hexane) dan juga pada proses distillation (pemisahaan Minyak dan Hexane) . Proses ini menggunakan cara kondensasi yakni menggunakan media air sebagai pendingin sehingga hexane kembali akan berubah menjadi cairan dan dimasukkan ke dalam tanki hexane untuk digunakan kembali pada proses berikutnya. Proses recovery hexane ini merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam investasi ini karena 60% biaya SEP ini adalah untuk pengadaan hexane food grade yang saat ini mempunyai Harga Rp13.500 per liter.
Return Of Investment SEP
Menyambung perhitungan diatas jika PKS dengan kapasitas 60 ton dan olah 6000 jam per tahun maka akan ada 2.425 Ton minyak per tahun yang “terbakar” di boiler. Dengan penggunaan SEP ini maka akan dapat di-recovery sebanyak 80% atau 80% x 2.425 Ton = 1.940 ton minyak atau setara dengan Rp13,6 miliar . Dengan biaya operasional hanya Rp 2 Juta per ton oil product maka investor akan mendapatkan gross profit = Rp 13,6 miliar (1.940 x Rp2 Juta) = Rp 9,7 miliar per tahun atau dengan kata lain ROI akan diperoleh dalam waktu 3 Tahun, untuk PKS kapasitas 90 ton per jam bahkan ROI cukup 2,3 tahun.
Garansi Buat Investor
Bonar Saragih yang pernah bekerja di 5 perusahaan perkebunan sawit Indonesia sebagai Head of Engineering & Mill Controller dan juga sebagai konsultan PKS mengatakan sangat jarang produsen mesin PKS yang “berani” membuat garansi performance dengan pinalti uang kembali 100% jika hasilnya tidak sesuai dengan yang ditawarkan pada saat penawaran di awal.
Untuk memberi ketenangan dan jaminan kepada investor maka Eonmetall Tech.Sdn Bhd memberikan garansi tertulis yakni jika oil recovery < 75% dari kandungan minyak yang ada maka dana investasi yang sudah dibayar oleh investor akan dikembalikan utuh 100% dan hal ini dicantumkan dalam perjanjian.
Bahkan Eonmetall juga menawarkan alternatif joint investment dengan porsi saham sesuai dengan kesepakatan antara Buyer dan Eonmetall,misalkan 50: 50 atau 70 : 30.
Garansi performa dan juga penawaran joint investasi ini merupakan wujud dari sudah terujinya kelayakan teknologi Solvent Extraction lant dan juga investasi ini sangat menguntungkan secara financial.
Untuk mendapatkan penjelasan yang lebih detail maka pembaca dapat menghubungi kami pada : info@eonmetall.com atau bonar@eonmetall.com atau langsung menghubungi nomor telepon penulis : Bonar Saragih +62 813 7755 8710.