Oleh : Awang Suwarnoto (Manager PT Mitra Sukses Agrindo)
Saat ini penyakit Ganoderma telah menjadi permasalahan serius diperkebunan kelapa sawit khususnya yang telah memasuki generasi kedua atau lebih. Pada saat ini kejadian penyakit Ganoderma telah menyebabkan kerugian yang sangat signifikan . Tingginya kejadian penyakit Ganoderma telah banyak dilaporkan di Indonesia ( Susanto&Susanto&Huan,2010).
Pada beberapa kebun tua di Indonesia ,kejadian penyakit Ganoderma dapat mencapai 80% dan sangat menurunkan produksi ( Susanto,2002;Susanto&Sudharto 2003). Kejadian penyakit cenderung meningkat seiring bertambahnya generasi tanaman sawit. Gejala penyakit muncul dan lebih berat pada generasi ketiga dan keempat. Kejadian penyakit pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM) pada generasi pertama,kedua,ketiga dan keempat masing-masing adalah 0%,4%,7% dan 11%. Sedangkan kejadian penyakit pada tanaman menghasilkan (TM) pada generasi pertama,kedua dan ketiga masing-masing adalah 17%,18% dan 75% (Susanto et al.,2002).
Ada dua macam kerugian yang disebabkan oleh Ganoderma yaitu kerugian langsung dan tidak langsung. Kerugian langsung berhubungan dengan produksi yang rendah karena kematian tanaman sebagai contoh berdasarkan hasil kunjungan yang kami lakukan di beberapa sentra perkebunan sawit di Sumatera Utara, Riau,Jambi, Sumatera Barat , Lampung, dan Palembang ditemukan tingkat kerugian yang begitu besar akibat ganoderma ini bahkan beberapa kebun tanaman generasi 3 dan 4 kondisinya lebih memprihatinkan lagi, ditemukan serangan Ganoderma sampai 50%-60% artinya populasi tanaman hanya tinggal 70-80 pohon, atau produksinya hanya 50%-75% dari potensi yang ada ,ini setara dengan Rp 210 miliar per tahun kerugiannya untuk estate dengan luasan 10.000 hektare. Sedangkan kerugian tidak langsung berhubungan dengan penurunan berat buah dari buah kelapa sawit. Ganoderma yang menyerang tanaman membuat berat batang tanaman menjadi berkurang yang pada akhirnya membuat tanaman tidak berbuah.
Dr.Darmono Taniwiryono ( Ketua MAKSI dan Direktur Ganoderma Center ) menjelaskan bahwa kehilangan produksi pada luasan tertentu merupakan hasil dari kehilangan akibat penurunan bobot tandan,penurunan jumlah tandan per tahun, dan penurunan populasi pohon akibat kematian oleh serangan Ganoderma.
Kerugian tidak hanya berupa kehilangan produksi tetapi juga penurunan efisiensi pengelolaan kebun karena biaya perawatan persatuan pohon hidup menjadi lebih mahal.
Dari pemaparan yang disampaikan oleh para ahli diatas sepatut kita menjadikan Ganoderma sebagai musuh utama dalam perkebunan kelapa sawit , karena dampak kerugian yang ditimbulkan begitu besar dan nyata dengan perhitungan sederhana sebenarnya pelaku usaha perkebunan sudah bisa menghitung misalnya :
1 Pohon produksinya = 200 kg/tahun
Harga TBS adalah Rp 1.500/kg
200 kg x Rp.1500 = Rp.300.000/pohon/tahun
Apabila dalam 1 hektar ada 10 pohon mati akibat Ganoderma maka:
10 pohon x Rp 300.000 = Rp3 juta/hektar/tahun
1 Estate luas 10.000 Hektar x Rp.3 juta = Rp 30 Miliar/tahun
Artinya hanya dengan 10 pohon/hektar mati akibat Ganoderma atau 7%, untuk Estate seluas 10.000 hektar kerugian yang diakibatkan mencapai Rp 30 Miliar/tahun.