JAKARTA, SAWIT INDONESIA – PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk mencetak pendapatan sebesar Rp 2 triliun sepanjang tahun 2015. Performa ini ditopang ditopang penjualan segmen sawit sebesar Rp 1,5 triliun atau 75%. Sisanya sekitar Rp 0,5 triliun berasal dari penjualan karet.
Direktur Utama PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk, M. Iqbal Zainuddin menyebutkam strategi peningkatan produktivitas berkelanjutan berdampak positif dalam jangka menengah dan panjang. Melanjuti fokus peningkatan produktivitas kebun dan pabrik, kami akan lanjutkan dengan langkah konkrit peningkatan produktivitas aset lainnya dan perbaikan struktur permodalan.
“Kami optimis, dalam jangka menengah dan panjang nanti perusahaan ini akan kembali bangkit menemukan momentum yang terbaik menjadi salah satu perusahaan perkebunan yang memiliki fundamental bisnis yang kuat,” katanya.
Direktur Investor Relations UNSP, Andi W. Setianto mengatakan pada tahun 2014 lalu, nilai penjualan UNSP masih tumbuh 27%. Jika dilihat, harga komoditas sawit utama yaitu CPO masih dalam trend penurunan harga yang berlangsung sejak tahun 2011 hingga ke level terendah bulanan USD 480 per ton FOB Malaysia disepanjang 2015 dibandingkan harga disepanjang 2014 yang level terendahnya saat itu tercatat USD 620 per ton.
Data pasar menunjukkan harga CPO pernah mencapai level tertinggi USD 1200 per ton di awal 2011.
Tetapi berkat kerja keras, kata Andi, Perseroan masih mampu membukukan nilai penjualan sebesar Rp. 2 triliun dan laba kotor Rp. 514 miliar disepanjang 2015 seperti pada laporan keuangan 31 Desember 2015 yang dirilis Selasa 29 Maret.
“Kami bekerja keras mengatasi kondisi air di kebun akibat kemarau panjang tahun lalu dengan sebaik-baik nya dan berhasil mempertahankan produksi kebun inti sawit dan karet. Optimalisasi produktivitas pabrik, juga dilakukan dengan pembelian sawit dan karet dari petani yang tidak memiliki pabrik sekaligus membantu kesejahteraan mereka,” paparnya.
Lebih lanjut, Andi menyebut, kondisi El-Nino ditahun 2015 dan program biodiesel domestik menyebabkan berkurangnya pasokan sawit dunia untuk tahun 2016, dan kondisi itu menjadi katalis perbaikan harga CPO yang mulai terlihat di kuartal 1-2016. (Qayuum Amri)