Edisi 15 Maret – 15 April 2019
SALAM SAWIT INDONESIA,
“Industri sawit telah berkembang jauh. Tidak bisa mundur lagi,” ujar Joko Supriyono, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI). Sawit telah menjelma menjadi penopang industri pangan dan non pangan termasuk energi. Kalau dulu, komoditas ini identik produk minyak goreng. Namun sekarang, minyak sawit diolah menjadi campuran bahan bakar kendaraan. Selain hemat devisa, pengeluaran emisi kendaraan dapat ditekan.
Itu sebabnya, daya saing industri ini perlu ditingkatkan. Bicara daya saing tidak sebatas intensifikasi. Banyak komponen di dalamnya baik faktor internal dan eksternal. Saat berbicara di Andalas Forum, Joko Supriyono menekankan fluktuasi harga sawit dapat dikurangi resikonya asalkan memperkuat daya saing industri. Saat harga anjlok, pengusaha maupun petani tetap aman dengan dukungan daya saing kuat. Bicara daya saing antara lain kepastian pelaksanaan regulasi, tidak bisa aturan berbeda-beda dari pusat sampai daerah. Selain itu, infrastruktur juga mendukung daya saing. Terutama pelabuhan ekspor sawit masih terpusat di Dumai dan Belawan. Akibatnya, biaya logistik sangat tinggi. Tantangan inilah yang harus menjadi perhatian utama pemerintahan Jokowi di masa mendatang.
Rubrik Sajian Utama mengulas perkembangan industri sawit di era Jokowi dari hulu sampai hilir. Petani diperhatikan termasuk pula perusahaan. Di hilir, pemerintah mendorong perluasan penggunaaan energi berbasis energi untuk transportasi. Mandatori B20 berjalan baik di seluruh sektor. Semua pelaku usaha patuh. Ke depan, pemerintah memberikan kesempatan kepad Pertamina untuk pengembangan green fuel. Termasuk pula mendorong sawit sebagai tenaga pembangkit listrik. Melihat fakta ini, apresiasi perlu diberikan kepada pemerintah Jokowi. Terlepas ini bulan politik atau tidak.
Pembaca,semoga tahun politik tidak menjadikan kita terpecah. Karena persatuan Indonesia adalah utama. Mari kita bangun persatuan, bukannya persatean nasional sebagaimana dikatakan Bung Hatta, Bapak pendiri bangsa.