Sebagai upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Riau dan Jambi, operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) fase kedua akan dilaksanakan mulai tanggal 3 Juli 2021 selama 15 hari operasi.
KLHK bersama-sama dengan BPPT, TNI AU, BNPB dan BMKG telah menginisiasi upaya TMC sebagai upaya pencegahan karhutla sejak tahun lalu. Tujuan TMC ini adalah untuk mempertahankan kebasahan lahan gambut sehingga menekan potensi karhutla di wilayah-wilayah rawan. Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Laksmi Dhewanthi pada launching Operasi TMC wilayah Sumatera beberapa waktu lalu.
Selain untuk mempertahankan kebasahan gambut, TMC juga dilakukan untuk mengisi kanal-kanal, embung dan kolam-kolam retensi areal sebagai sumber air yang dapat mendukung upaya pemadaman jika kebakaran terjadi.
Sementara itu Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Basar Manullang menjelaskan tahun 2021 operasi TMC di Riau sudah pernah dilaksanakan pada fase musim kering yang pertama yaitu bulan Maret – April lalu. Hasil operasi TMC saat itu mampu menaikkan volume curah hujan di wilayah operasi dan sekaligus menaikkan tinggi muka air gambut.
“Hasil operasi TMC meningkatkan curah hujan sebesar 47,2% dari curah hujan historis dan 64,4% dari curah hujan prediksi BMKG. Oleh karena itu, sangat perlu untuk melaksanakan operasi TMC kembali pada fase-fase kering berdasarkan prediksi cuaca yang disampaikan oleh BMKG, “ tegas Basar.
Operasi TMC yang berposko di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru ini dilaksanakan oleh KLHK dan didukung oleh mitra kerja, PT RAPP Group. Pelaksanaan operasi secara teknis didukung oleh BPPT dan TNI AU. Operasi ini juga menjadi bagian penting dari upaya pengendalian karhutla Satgas Dalkarhutla Provinsi.
Berdasarkan informasi dari tim di lapangan saat ini, peralatan teknis baik pesawat maupun bahan semai telah siap di lapangan. Pesawat yang digunakan dalam operasi ini adalah jenis Casa 212-200 A-2103 dari TNI AU Skadron Udara 4 Abdulrahman Saleh Malang. Jumlah personil terdiri tujuh orang dari BPPT dan sebelas orang crew pesawat. Bahan semai NaCl yang disiapkan sebanyak 8,5 ton. Rencana setiap satu sortie penerbangan akan menyebar 800 kg bahan semai.
Operasi TMC ini akan menjangkau wilayah Riau dan sebagian Jambi di bagian Barat dan Utara. Untuk monitoring hasil pelaksanaan operasi telah disiapkan sistem Automatic Weather Station (AWS), alat pengukur curah hujan manual dan theodolit di beberapa kabupaten di wilayah Riau, seperti di Pelalawan, Dumai, dan wilayah lainnya.
Upaya pencegahan karhutla melalui operasi TMC ini tentu juga dibarengi dengan upaya di tingkat tapak diantaranya melalui patroli pencegahan karhutla, baik patroli mandiri maupun patroli terpadu, sosialisasi dan kampanye penyadartahuan pencegahan karhutla kepada masyarakat, peningkatan peran Masyarakat Peduli Api (MPA) dan juga peningkatan ekonomi masyarakat.
“Diharapkan sinergi yang baik antara pendekatan dengan masyarakat dan pendekatan analisis iklim melalui operasi TMC ini dapat mengoptimalkan upaya pencegahan karhutla, sehingga potensi karhutla dapat ditekan dan tidak sampai menimbulkan kabut asap, apalagi di tengah pandemi saat ini” tandas Basar.
Sumber: sipongi.menlhk.go.id