JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Petani plasma di Perkebunan Kelapa Sawit Cargill, PT Harapan Sawit Lestari (HSL) menerima premi yang pertama untuk produksi minyak sawit yang bersertifikat dari perkebunan mereka. Petani plasma ini berada di wilayah Kalimantan Barat yang menerima premi atas Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan International Sustainable Carbon Certification (ISCC),
Nharong Somchit, Presiden Direktur PT Harapan Sawit Lestari, mengatakan hasil premi dari praktek pertanian berkelanjutan yang diterima oleh petani plasma kami akan membantu meningkatkan standard hidup anak-anak dan keluarga mereka. Pertanian berkelanjutan telah membawa peningkatan-peningkatan yang signifikan pada produktivitas panen dan efisiensi operasional.
“Sehingga memastikan lahan para petani plasma kami dipelihara dan dijaga produktivitasnya untuk generasi yang akan datang,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Majalah SAWIT INDONESIA.
Upacara penyerahan dilaksanakan di Kabupaten Ketapang dan dihadiri oleh Drs. Cornelis, M.H., Gubernur Kalimantan Barat; Kartius, S.H., M.Si, Bupati Ketapang; dan perwakilan dari PT. HSL dan koperasi petani plasmanya.
Cargill membangun pola kemitraan dengan petani plasma Kredit Koperasi Primer Anggota (KKPA) di PT HSL yang secara berkelanjutan menanam dan mengelola tanah bagi lebih dari 3.200 petani plasma di Kabupaten Ketapang.
Nilai premi yang diberikan sekitar Rp 2,7 milyar (setara US$190.000) dalam premi gabungan hari ini diatur dalam empat koperasi dengan luasan 6.461 hektar tanaman kelapa sawit sebagai bagian dari operasional perkebunan Cargill.
Hasil panen petani plasma dijual kepada tiga pabrik di PT HSL memproses tandan buah segar (TBS) dari perkebunan kelapa sawitnya sendiri (kebun inti) serta dari pola petani plasma.
Joni Ansari, seorang petani plasma dari Koperasi Beringin Jaya Lestari menyebutkan iIndustri minyak sawit telah mengubah mata pencaharian masyarakat kami. “Dulu, saya ingat betapa sulitnya mencukupi kebutuhan sehari-hari. Kami bahkan tidak mampu membeli kebutuhan sembako seperti beras dan minyak goreng. Sekarang, kami dapat mengirim anak-anak kami kuliah di Pulau Jawa dan bahkan pergi naik haji ke Mekah,” ceritanya.
“Sebagai petani plasma KKPA, saat ini kami memiliki pendapatan bulanan sebesar Rp 3-4 juta dan bahkan sampai Rp 5-6 juta saat musim panen puncak. Jumlah ini kurang lebih tiga kali lebih besar dari perkiraan pendapatan bulanan di Kalimantan Barat. Saya yakin minyak sawit yang berkelanjutan akan terus membantu kami dalam meningkatkan pendapatan dan menikmati hidup yang lebih baik,” tambah Joni.
Hidirmanto, manajer program petani plasma PT. HSL mengatakan, “Kami ingin berbagi keuntungan dari praktik pertanian berkelanjutan dengan petani binaan kami. Dengan mempelajari Praktek Manajemen Terbaik RSPO dan keterampilan manajemen keuangan, kami ingin memastikan para petani plasma kami akan dapat memelihara lahan mereka di masa yang akan datang, baik dengan atau tanpa Cargill.”
PT HSL dan PT Indo Sawit Kekal menerima sertifikasi dari RSPO pada tahun 2014. Di samping itu, PT HSL menerima International Sustainability and Carbon Certification (ISCC) pada tahun 2013. Sebelumnya, perkebunan Cargill PT. Hindoli di Sumatera Selatan telah memperoleh sertifikasi RSPO dan ISCC masing-masing pada tahun 2009 dan 2010. Cargill saat ini sedang mengusahakan sertifikasi RSPO untuk perkebunan sawit Poliplant Group.
Sumber foto: www.cargill.co.id