Cairan E4 memiliki salah satu keunggulan yaitu laju infiltrasi yang tinggi. Digunakan dengan cara diencerkan 100 kali dengan air baik sungai atau pun kanal.
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang kerap terjadi menjadi tanggung jawab baik pemerintah dan pelaku industri yang memanfaatkan hutan dan lahan sebagai alat produksi. Untuk itu, menekan angka karhutla menjadi tanggung jawab bersama. Baik dari sisi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah maupun upaya-upaya preventif bagi pelaku industri untuk meminimalisir kerugian akibat dari karhutla.
Selain itu, pemanfaatan teknologi juga diperlukan untuk menekan angka karhutla. Saat ini, ada salah satu produk berbentuk cairan untuk pemadam kebakaran api dengan teknologi Jepang E4 bisa mengendalikan kebakaran yang dikenalkan oleh perusahaan distributor PT ALSOK BASS Indonesia. ALSOK adalah salah satu perusahaan keamanan terkemuka Jepang yang didirikan pada tahun 1965. Saat ini grup ALSOK menyediakan layanan keamanan yang komprehensif dan juga memproduksi peralatan pemadam kebakaran.
Marketing Director PT. ALSOK BASS Indonesia, Masaki Nagasaka menyampaikan pihaknya berharap E4 dapat digunakan di banya khutan dan perkebunan serta dapat berkontribusi pada perlindungan alam dan kesehatan orang-orang di Indonesia.
“Cairan E4 memiliki salah satu keunggulan yaitu laju infiltrasi yang tinggi. Dengan ini, air campuran E4 dengan cepat menembus kedalam gambut dan secara efektif dapat memadamkan api di bawah permukaan sehingga dapat mencegah kebakaran berulang yang biasa terjadi pada gambut,” jelas Nagasaka dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi pada Minggu (16 Mei 2021).
Cairan E4 efektif memadamkan api baik di atas maupun di bawah permukaan tanah dan mencegah kebakaran berulang pada lahan gambut karena memiliki laju infiltrasi yang tinggi. Bahan ini berbentuk cairan dan digunakan dengan cara diencerkan 100 kali dengan air baik air sungai atau pun air kanal.
Proses uji coba dilakukan di tanah gambut pada 2020, air campuran E4 yang diencerkan 100 kali lipat menunjukkan laju perembesan sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan air kanal saja.
Selanjutnya, Nagasaka menjelaskan pemanfaatan E4 untuk pemadaman juga meningkatkan efisiensi air. Kecepatan pemadaman api dan konsumsi air memang berbeda-beda tergantung situasi kebakaran.
Namun, pada uji pemadaman api yang dilakukan di lahan simulasi Manggala Agni Daops Pontianak, Desember 2020, air campuran E4 bisa mengurangi waktu pemadaman api sebesar 35% dan mengurangi konsumsi air sebesar 25% dibandingkan dengan hanya menggunakan air biasa untuk memadamkan api dengan ukuran yang sama.
“Kemampuan E4 dalam menghemat air untuk pemadaman sangat bermanfaat dalam pengendalian karhutla di lahan mineral yang umumnya jauh dari sumber air. dan, Kemampuan E4 untuk menghemat air jelas sangat berkontribusi untuk mengurangi kesulitan dan kendala dalam mengangkut air untuk pemadaman kebakaran di lahan mineral,” lanjutnya
Cairan E4 tidak mengandung bahan kimia berbahaya sehingga ramah lingkungan. Pasalnya, biodegradabilitas tinggisementara komponen surfaktan yang merupakan komponen utamanya hampir terdekomposisi seluruhnya dalam waktu 3 hari setelah digunakan di lapangan sehingga tidak meninggalkan efek buruk di tanah atau vegetasinya.
Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 116)